:
Oleh MC KOTA BANDA ACEH, Sabtu, 19 Februari 2022 | 18:43 WIB - Redaktur: Juli - 258
Banda Aceh, InfoPublik – Sampah telah menjadi momok pembicaraan di Kota Banda Aceh karena berbagai kebijakan serius yang dilakukan Pemerintah Kota Banda Aceh mulai dari penegakan hukum bagi yang membuang sampah sembarangan sesuai Qanun no. 1 Tahun 2017, pengurangan plastik di toko swalayan/mal hingga tak henti-hentinya mengampanyekan kurangi plastik dari sumbernya.
Berkaitan dengan isu tersebut, Pemerintah Kota melalui Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Keindahan Kota (DLHK3) Banda Aceh telah menggagas program pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan sistem Waste Collecting Point (WCP) sejak 2015 silam.
Sejumlah desa diberi binaan agar masyarakatnya mulai memilah sampah dari rumah. Sampah yang dipilah akan dikumpulkan di Bank Sampah WCP yang ada di desa, ditimbang dan dicatat ke dalam buku bank sampah, lalu dibayarkan oleh mitra bank sampah DLHK3 dalam waktu 3 bulan sekali.
WCP adalah sebuah sistem yang diadopsi dari Negara Jepang dan pertama kali diterapkan melalui model aksi di Gampong Alue Deah Teungoh dan Deah Glumpang, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh.
Program ini dianggap berhasil, sehingga pada 2017 resmi dijadikan sebagai program pemerintah disertai dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota No. 7 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Sampah melalui sistem WCP (Waste Collecting Point) berbasis Masyarakat.
Disampaikan dengan kerja keras dan giat tim fasilitator DLHK3 dalam menyosialisasikan program WCP dan mengedukasi warga maka kini sudah ada 30 titik Bank Sampah WCP dari 16 gampong di Kota Banda Aceh dan telah mampu mengurangi sampah sekitar 6.403 Kg atau 6,4 Ton pada tahun 2020.
Terkait hal tersebut, bertepatan dengan momen peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2022, komunitas Sahabat Hijau (SAHI) menggandeng berbagai pihak untuk mengadakan serangkaian acara dengan tema Mengenal Lebih Jauh Pengelolaan Sampah Sistem Waste Collecting Point (WCP) di Kota Banda Aceh.
Di antara agenda yang akan berlangsung yaitu kampanye HPSN melalui twibbon, komentar publik di rubrik umum Diskominfotik, serta acara utama berupa Diskusi Publik Online selama tiga hari berturut-turut pada 24 hingga 26 Februari 2022.
Diskusi publik akan dilaksanakan via online dengan sasaran berbagai level stakeholder.
Pada series pertama disasarkan pada level pemangku kebijakan mulai dari legislatif, eksekutif, aktor BUMN dan pemangku kebijakan pada level Gampong.
Series satu, akan dibuka oleh Ketua DPRK Banda Aceh dan Kepala DLHK Provinsi Aceh serta diisi oleh tiga pembicara yaitu Kepala DLHK3 Kota Banda Aceh, Kepala Perwakilan BI Provinsi Aceh, dan Keuchik Gampong Alue Deah Teungoh.
Pada series kedua disasarkan pada level stakeholder perempuan yang merupakan ujung tombak penggerak pengelolaan sampah dari unit terkecil pada level rumah tangga hingga level area bisnis.
Series dua ini dibuka oleh Ketua PKK Pemerintah Aceh Dyah Erti Idawati, Pembicara pada series ini adalah Kepala DLHK3 Kota Banda Aceh, Kepala Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Aceh, dan Cleaning Leader/Ketua WCP Gampong Alue Deah Tengoh.
Sementara pada series ketiga disasar untuk level stakeholder akademisi yang membuka peluang riset dan pengabdian masyarakat bagi pengembangan WCP ke depan.
Series 3 ini akan dibuka oleh Rektor Unsyiah lalu diisi oleh 3 pembicara yaitu Kepala DLHK3 Kota Banda Aceh, Ketua Bank sampah Unsyiah, serta Pembina Komunitas Sahabat Hijau.
Acara ini sendiri dibuka untuk umum dan untuk Informasi pendaftaran dapat dilihat di Instagram @sahabat.hijau.
Pembina Komunitas Sahabat Hijau, Yusrida Arnita mengatakan, serangkaian kegiatan ini dibuat agar masyarakat dan stakeholder lebih mengenal program WCP, Sabtu (19/2/2022).
"Ini juga sebagai stimulan terbentuknya kolaborasi antar stakeholder dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat," katanya.
Menurutnya, hal ini akan menjadi prestasi membanggakan jika Kota Banda Aceh ada di garda terdepan dalam urusan sampah.
"SAHI ingin membantu mengembangkan program WCP melalui penyebarluasan informasi terkait WCP dan perkembangannya," katanya
Sementara itu, Ketua Komunitas Sahabat Hijau, Risna Erita mengatakan, HPSN merupakan ajang peringatan bagi semua masyarakat agar dapat terus tergerak hati dan jiwanya untuk selalu komitmen dalam menjaga lingkungan terutama dalam mengelola sampah kita masing-masing.
"Kami mengajak semua kalangan dari muda maupun tua agar terus berkontribusi bersama dalam menyukseskan kegiatan HPSN ini," kata Risna.
Ia menambahkan, banyak dari masyarakat yang belum mengenal program pilah sampah dari rumah. Umumnya masyarakat menggabungkan seluruh sampahnya untuk dibuang, lalu sampah-sampah itu akan berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) .
Setiap harinya sampah terus bertambah dan sulit terurai, padahal TPA Kota Banda Aceh sudah penuh, Lagi pula, jika dipilah dengan baik, sampah-sampah yang biasanya terbuang masih memiliki nilai ekonomis dan manfaat, bisa dijual atau didaur ulang.
Ini merupakan langkah nyata dalam pengurangan sampah demi terwujudnya Banda Aceh Bebas Sampah 2025.(Rat/Hz)