:
Oleh MC KOTA SOLOK, Senin, 30 Agustus 2021 | 15:36 WIB - Redaktur: Tobari - 224
Solok, InfoPublik – Pembatasan kegiatan sosial masyarakat akibat Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lama berdampak luas terhadap seluruh lini dan sektor perekonomian masyarakat.
Salah satunya kenaikan harga kebutuhan bahan pokok yang tentunya menambah beban ekonomi bagi sebagian orang. Namun demikian, kita tidak boleh mengalah pada keadaan.
Dengan bertambahnya biaya kebutuhan pokok, kegiatan menanam di pekarangan bisa menjadi alternatif selain membeli ke pasar semua keperluan tersebut.
Salah satunya menanam bumbu-bumbuan, cabe, sayuran termasuk buah-buahan yang bisa dipanen setiap saat.
Selain menambah keasrian lingkungan, kegiatan menanam juga bisa menghilangkan stress, dan menyehatkan karena sama dengan aktivitas olahraga.
Pemanfaatan pekarangan tidak harus pada lahan yan luas. "Untuk rumah yang tidak ada pekarangan, bisa menanam dengan menggunakan polibag, dengan syarat terkena sinar matahari dan tidak terkena langsung cucuran atap,” kata Wisra, S.Pt, Kasi Penganekaragaman Pangan Dinas Pangan Kota Solok, Senin (30/8/2021).
Jika tanah sudah tidak subur, dapat dilakukan pengkayaan dengan menambah pupuk kandang dan pupuk buatan, sehingga tanah dapat digunakan berkali-kali, tanpa harus memakai tanah baru pada setiap tanam.
Kegiatan menanam di pekarangan ini, lanjutnya, tidak harus menghabiskan waktu seharian, cukup 30 menit hingga 1 jam setiap harinya pada saat santai.
“Sebagai salah satu contoh, tanaman cabe merah, bagi sebagian orang makan tanpa pakai cabe berasa tidak makan, barangkali ungkapan tersebut sering kita dengar,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan, jika dihitung berdasarkan data Susenas, kebutuhan konsumsi cabe masyarakat kota Solok khususnya, konsumsi cabe adalah 7,2 kg/orang/tahun.
Artinya harus ada 528,7 ton cabe setiap tahun atau 44,06 ton cabe per bulan atau 1,46 ton per hari. Angka itu termasuk jumlah kebutuhan yang cukup banyak. (jumlah penduduk kota Solok 73.438 jiwa, BPS 2020).
Karena cabe merah termasuk tanaman muda, maka ketersediaanya berfluktuasi tergantung banyaknya panen, jika panen melimpah harganya turun tetapi jika panen sedikit maka harga naik, dan bahkan bisa sampai Rp. 80.000/kg.
Umumnya, masyarakat sangat tergantung pada ketersediaan cabe di pasar dan cabe termasuk komoditas penyumbang inflasi di Sumbar.
Jika pola pikir diubah, artinya masyarakat bisa menanam cabe di rumah dan tidak tergantung pada ketersediaan di pasar, tentu naik turunnya harga cabe tidak akan berpengaruh pada inflasi.
Jika dihitung satu batang cabe, rata-rata menghasilkan 0,8 – 1,2 kg per 8 kali pemetikan (panen), artinya setiap panen satu batang cabe menghasilkan 0,15 kg atau jika satu buah cabe beratnya 15-16 gram maka dihasilkan 10 buah cabe per batang sekali panen.
Karena rata-rata dalam aktifitas satu kali masak, dibutuhkan rata-rata 17-20 buah cabe merah, tentu bisa kita kalikan hasilnya dan penghematan belanja harian untuk kebutuhan bahan pokok tersebut.
Seandainya memiliki 25 polibag (25 batang cabe merah), tentu penghematan yang didapat juga berkali lipat. Hal tersebut juga berlaku pada jenis sayuran lain, dengan perawatan tidak sesulit menanam cabe merah.
“Apabila ada kendala dalam penanaman dan perawatan tanaman sayuran, masyarakat bisa bertanya di Dinas Pangan pada bagian Penganekaragaman Pangan, dengan metode pembelajaran tentunya,” kata Wisra, S.Pt. (MCKotaSolok/toeb)