Kepala BPIP Ingatkan Umat Muslim Tidak Boleh Menghakimi Keagamaan Seseorang

:


Oleh MC KAB KARANGANYAR, Sabtu, 30 Januari 2021 | 11:38 WIB - Redaktur: Kusnadi - 234


Karanganyar, InfoPublik - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi mengajak umat muslim tidak boleh menghakimi keagamaan seseorang. Di Indonesia yang berlandaskan Pancasila, diberikan kebebasan beragama. Namun kebebasan itu harus konstitusional atau tidak menganggu orang lain. Semua harus taat pada peraturan perundangan yang ada

Prof Yudian Wahyudi menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan dalam acara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Luthfi Al Mukhlisin di Desa Bolon, Kecamatan Colomadu, Karanganyar pada Jumat (29/01). Acara tersebut dihadiri di antaranya Bupati Karanganyar, Juliyatmono dan Kepala Kanwil Kemenag Provinsi. Jateng, Musta'in Ahmad

“Kehadiran masjid dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Beribadah di negara Pancasila semua harus taat pada peraturan perundangan yang ada. Kehadiran masjid ini dalam rangka mewujudkan cita-cita Negara yakni hidup rukun, damai, sentosa di dunia dan di akhirat,” papar Prof Yudian. 

Dia mencermati nama Luthfi Al Mukhlisin adalah sebuah kehalusan dan niat baik. Pihaknya mengajak semua untuk mendukung pembangunan masjid di Desa Bolon tersebut.

Sementara Bupati Karanganyar, Juliyatmono berharap proses pembangunan masjid berjalan lancar, berkah, memberikan manfaat bagi semua masyarakat. Atas nama Pemkab Karanganyar mengucapkan terima kasih dan semoga siapa saja yang berkontribusi dalam pembangunan ini mendapatkan amal sholeh.

Menurut Bupati, agama tentu tidak baik kalau hanya diceritakan saja. Namun yang lebih bagus adalah melaksanakan seperti pembangunan masjid pada hari Jumat pagi kemarin.

“Semoga Masjid ini dapat meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT dan memberikan manfaat kepada semua,” tambahnya.

Selain itu, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi. Jateng, Musta'in Ahmad menyatakan Alhamdulillah bisa hadir  dan menjadi saksi pembangunan masjid. Masjid adalah tempat sujud, dan beribadah. Filosofinya, kepala yang diagung-agungkan tunduk dan patuh kepada Allah dalam suasana beribadah.

“Kita abdi dan hamba SWT, diawali Allah Akbar yang merupakan penghormatan, dan mengakuan kalau kita sangat kecil sangat kecil. Sholat yang dimulai dengan mengangkat kedua tangan dan diakhiri salam sebagai isyarat ketundukan vertical serta mengajarkan kerendahan hati,” ujar mantan kepala Kemenag Kabupaten Karanganyar tersebut.(MC Karanganyar/ Hery Setiawan)