:
Oleh MC KAB KARANGANYAR, Rabu, 30 September 2020 | 17:37 WIB - Redaktur: Tobari - 1K
Karanganyar, InfoPublik – Penguatan implementasi modern beragama di sekolah diharapkan dapat meningkatkan rasa toleransi antar umat beragama sejak dini sekaligus mewaspadai munculnya paham radikalisme. Karena kita sebagai satu bangsa sepakat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila.
Hal tersebut diungkapkan Bupati Karanganyar, Juliyatmono pada pelaksanaan seminar Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dengan Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Karanganyar di Pendopo Rumah Dinas Bupati Karanganyar, Rabu (30/9/2020).
Dalam sambutannya sekaligus membuka, Bupati mengatakan disebut agama karena mempunyai kitab suci dan di setiap kitab suci yang diyakini seperti umat muslim adalah Al-Qur’an, menceritakan banyak hal baik itu sejarah masa lalu dan juga masa depan. Kitab itu perlu terus dibaca karena merupakan pedoman kita sebagai umat beragama.
Dikatakannya kalau dalam Al-Qur’an di awal surat saja sudah disebut Alif lam miim adalah pembuka surat yang semua artinya hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Itu sebagai bukti bahwa kitab suci itu berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan dilanjutkan dengan surat-surat kelanjutannya sebagai petunjuk orang-orang yang bertaqwa tidak ada keraguan sedikitpun.
“Karena semakin tinggi kualitas agama seseorang tentunya dengan pendalaman kitab sucinya masing-masing itu akan tumbuh kesadaran yang luar biasa untuk sama-sama menjaga dan menghormati pilihan seseorang terhadap agamanya,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, sejarah di Indonesia itu betul-betul fakta, nyata ada ekstrim kiri pernah memberontak yakni paham komunisme. Tidak bisa dipungkiri banyak Jenderal yang dibunuh oleh PKI/Komunisme. Sehingga hari ini dipasang bendera setengah tiang.
Siapapun yang menulis sejarah itu silakan dibaca tapi fakta bahwa komunisme pernah memberontak di negara ini. Maka jangan sampai kita larut dalam pemikiran ekstrim kiri atau kekiri-kirian, pasti itu akan menumbuhkan paham komunis yang lama-lama tidak akan percaya adanya Tuhan.
Menurutnya, jika ada seseorang tidak senang pada agama diindikasikan tidak jelas dan ada ekstrim kanan namanya DI/TII yang pernah berontak di Negara ini juga. Kalau berfikirnya ke kanan kananan terus, nantinya pasti berpikir akan membuat Negara agama. Fakta sejarah mana yang Negara agama bisa sukses besar.
“Oleh karenanya Tuhan memilihkan berbangsa-bangsa, bersuku-suku, saling kenal mengenal suku-suku bangsa-bangsa melalui sesepuh, para pejuang, alim ulama karena kalau tidak didorong alim ulama susah kita itu untuk membangkitkan semangat untuk merdeka,” jelas Bupati.
Ditambahkannya, dalam pembukaan UUD 1945 atas berkat rahmat Allah SWT dan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan maka dengan ini dinyatakan kemerdekaannya. Kita bangsa ini sepakat sejak dulu Negara kita NKRI berdasarkan Pancasila.
Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa bahwa setiap produk hukum di Indonesia diilhami oleh spirit nilai-nilai Ketuhanan. Artinya semua dimensi kita lakukan itu semata-mata hanya ingin diperuntukkan untuk kemashlahatan atas dasar nilai-nilai Ketuhanan.
Kekanan-kananan itu akan memiliki paham Negara berdasarkan syariat Islam, Negara-negara agama. Sedangkan kekiri- kirinan akan muncul paham komunisme. Untuk itu ambil jalan tengah moderat berdasarkan Pancasila dan mengakui keragaman pemeluk pemeluk bangsa kita.
Sehingga yang menilai beragama kita biarlah Tuhan Yang Maha Kuasa dan tugas kita selanjutnya yakni mengisi bangsa ini dengan nilai-nilai Pancasila. Karena setiap tindakan kita harus mengandung unsur keTuhanan,
"Kemanusiaan, harus mempersatukan, harus dengan prinsip musyawarah dan harus punya pendekatan bagaimana harus semua berdimensi keadilan,” imbuhnya. (MC Karanganyar/Hery Setiawan/toeb)