:
Oleh MC KAB PESISIR SELATAN, Senin, 22 Juni 2020 | 13:01 WIB - Redaktur: Juli - 1K
Painan, InfoPublik - Masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatra Barat mulai beralih untuk beternak Itik Bayang. Berbagai keunggulan yang dimiliki oleh itik asli Pessel itu, disebut mampu memberikan keuntungan ekonomi, karena selain tahan terhadap penyakit, telurnya juga disukai masyarakat.
Hal itu dituturkan, Fiki Rapendra Pais (23), peternak itik bayang di Nagari Painan Timur, Kecamatan IV Jurai, Senin (22/6/2020). Dia memilih itik bayang karena mudah untuk dipelihara.
Menurut dia, meski saat ini hanya memelihara 100 ekor itik bayang, namun cukup menguntungkan, dan dapat memenuhi kebutuhan hidup harian juga membantu orang tua. "Saya katakan demikian, sebab rata-rata per hari jumlah telurnya mencapai 75 butir, dengan harga jual Rp2.000 per butir, sehingga menjadi Rp150.000, karena biaya makan untuk 100 ekor hanya Rp75.000 per harinya, maka masih tersisa keuntungan Rp75.000 per hari," ujar dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, lama bertelur itik bayang mencapai tiga tahun. "Karena tiga tahun, maka untuk satu ekor bisa menghasilkan 1.050 butir. telur, dengan harga Rp2.000 per butir, maka satu ekor itik akan menghasilkan uang Rp2.100.000. Jika dikurangi biaya makan Rp1.000.000, dan harga beli itik Rp50.000, maka keuntungan bersih selama tiga tahun dari 1 ekor itik mencapai Rp1.050.000," ungkap dia.
Ditambahkan bahwa, berdasarkan hitungan itu, maka dengan memelihara 100 ekor itik bayang bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp25.000.000 per tahun. "Walaupun ada yang lebih atau mencapai 80-90 persen, itu hanya pada musim-musim tertentu saja, namun jika dibagi rata per tahun, tetap pada kisaran 75 persen," ujar dia.
Hafiz Hamzah (45), peternak itik lainnya di Kecamatan Bayang, juga mengatakan, dengan memelihara itik ini, ekonomi keluarganya semakin membaik. "Jumlah itik saya 200 ekor, dengan produksi telur rata-rata 150 butir, maka keuntungan bersih setelah dikeluarkan modal dan biaya makan dalam sehari mencapai Rp120.000," jelas dia.
Dia menjelaskan, agar itik yang dipelihara tetap produktif sepanjang tahun, maka dilakukan peremajaan atau penggantian itik setiap tiga tahun.
"Itik yang sudah berumur tiga tahun atau tidak lagi produktif, saya jual kepada pedagang. Hasil dari penjualan itik itu, saya modalkan lagi untuk membeli itik yang baru atau yang muda," ujar dia.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan), Efrianto mengatakan, telur itik bayang sebagai salah satu ternak piaraan asli Pessel, saat ini cukup digemari oleh masyarakat lokal dan luar daerah untuk dikonsumsi. "Karena disukai, Disnakeswan terus memberikan dorongan kepada masyarakat untuk mengembangkan. Pemkab Pessel juga akan menjadikan telur asin itik bayang sebagai komoditi unggulan di daerah ini," kata dia. .
Rencana itu kata dia, cukup direspon oleh masyarakat. Hal itu dapat dilihat, sebab yang melakukan pengembangan atau budi daya itik bayang sudah merata di semua kecamatan, bukan hanya pada Kecamatan Bayang.
"Respon ini cukup bagus, karena telur asin itik bayang berpeluang membuka lapangan kerja baru dan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat, dengan mengonsumsi telur asin itik bayang, kesehatan masyarakat juga meningkat. Bahkan lebih dari itu bisa memberantas gizi buruk dan masalah stunting," tandas dia.