:
Oleh MC KAB PESISIR SELATAN, Kamis, 28 November 2019 | 17:40 WIB - Redaktur: Tobari - 902
Painan, InfoPublik - Pemkab Pesisir Selatan (Pessel) melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di pemukiman padat penduduk atau kawasan perumahan, agar membuat lubang biopori.
Upaya itu bertujuan untuk menjaga keseimbangan air tanah agar terhindar dari ancaman kekeringan terutama di saat memasuki musim kemarau.
Kepala DLH Pessel, Jumsu Trisno mengatakan Rabu (27/11), bahwa lubang biopori selain berfungsi sebagai serapan air ketika musim hujan, juga bisa sebagai penyimpanan atau cadangan air, termasuk juga sebagai media pengisap sisa limbah buangan rumah tangga jenis organik.
Kehadiran lubang biopori pada kawasan padat penduduk atau kawasan perumahan, bisa dijadikan sebagai tempat cadangan air di saat musim kemarau.
Sebab di saat musim hujan, lubang biopori memiliki fungsi sebagai serapan air dan mengatasi banjir, serta juga sebagai media penghisap limbah buangan rumah tangga.
"Dari itu kepada masyarakat diminta agar mengembangkan program lubang biopori ini pada kawasan-kawasan perumahan," katanya.
Dia juga menjelaskan bahwa biopori merupakan metode alternatif untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah. Bahkan biopori memiliki fungsi yang sangat besar dalam menjaga keseimbangan.
Diantaranya, memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah, membuat kompos alami dari sampah organik dari pada dibakar, mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
Serta mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut, mengurangi resiko banjir di musim hujan, maksimalisasi peran dan aktifitas flora dan fauna tanah, serta mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
Dijelaskanya bahwa cara membuat lubang biopori tersebut adalah dengan menggali lubang secara vertikal dengan diameter 10 cm dengan ke dalaman 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah.
Jarak antara lubang satu dengan yang lainya 50-100 cm, mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm dengan tebal 2 cm disekeliling mulut lubang.
Selanjutnya lobang di isi dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau dari sisa pangkasan rumput.
Penambahan sampah organik ke dalam lubang yang telah berkurang, juga perlu dilakukan. Hal itu memang akibat dari penyusutan dan proses pelapukan.
"Nah kompos yang sudah terbantuk dalam lubang itu, dapat diambil setiap akhir musim kemarau. Pengambilan kompos itu sekaligus bertujuan untuk pemeliharaan terhadap lobang resapan tersebut," terangnya.
Lebih jauh dijelaskan bahwa biopori juga bermanfaat secara arsitektur lanskap sehingga telah digunakan sebagai pelengkap pertamanan di berbagai rumah mewah dan rumah minimalis yang menerapkan konsep rumah hijau.
Diungkapkan lagi bahwa biopori juga telah menjadi pelengkap penerapan kebijakan luas minimum ruang terbuka hijau di perkotaan.
"Berdasarkan berbagai manfaat itu, sehingga kita menganjurkan kepada masyarakat untuk membuat lubang biopori, sebagai mana telah dikembangkan saat ini di lingkungan taman Masjid Akbar Baiturahman Painan," tuturnya. (MC Pessel/toeb)