:
Oleh MC KAB PESISIR SELATAN, Kamis, 28 November 2019 | 15:55 WIB - Redaktur: Juli - 1K
Painan, InfoPublik - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Pesisir Selatan (Pessel), Rusdianto mengatakan inseminasi buatan (IB) bukan saja dilakukan terhadap ternak sapi, tapi juga terhadap ternak kerbau. Upaya itu dilakukan agar populasinya bisa meningkat, termasuk juga di Pessel.
Menurut dia, upaya itu agar minat dan keinginan peternak untuk melakukan kawin suntik terhadap ternaknya itu (kerbau red) kian meningkat, sehingga pemerintah daerah (Pemda) setempat melalui Disnakeswan terus maksimalkan sosialisasi IB kepada masyarakat
"Agar minat masyarakat untuk melakukan kawin suntik atau IB terhadap kerbau betina semakin tinggi di Pessel, sehingga kita terus memaksimalkan sosialisasi di lapangan. Sebab melalui upaya ini, peningkatan populasi akan bisa tercapai secara maksimal," kata Rusdianto Rabu (27/11/2019), menyikapi masih rendahnya peningkatan populasi ternak jenis kerbau di daerah itu.
Dia mengakui bahwa kawin suntik terhadap kerbau betina belum begitu diminati oleh masyarakat di Pessel. Sebab masyarakat masih beranggapan bahwa kawin suntik hanya lazim dilakukan pada sapi betina.
"Berkat kegigihan petugas dan tenaga inseminator, sehingga masyarakat telah mulai membuka diri agar kerbau betinanya kawin suntik, yakni di kecamatan atau nagari-nagari yang dijadikan sebagai sasaran program," jelas dia.
Dia menambahkan bahwa bibit kerbau yang akan disuntikkan merupakan bibit berkualitas yang didatangkan dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) Tuah Sakato Sumatera Barat.
"Kita berharap melalui upaya yang sudah dilakukan itu, para peternak akan memiliki antusias memperbanyak hewan peliharaannya melalui program IB," ujarnya.
Dia mengatakan, rendahnya peningkatan populasi ternak kerbau bukan saja karena kurangnya lahan gembala, tapi juga karena tidak maksimalnya proses kawin secara alami akibat kekurangan pejantan.
"Tahun 2016 populasi kerbau terdata di Pessel 8.430 ekor. Jumlah ini tersebar di semua kecamatan, kecuali kecamatan Bayang Utara. Sebab sebagai daerah yang berada pada ketinggian, kecendrungan masyarakat untuk memelihara kerbau minim," jelasnya.
Ditambahkan bahwa dari rentang 2012 hingga tahun 2018, peningkatan populasi kerbau terbanyak hanya terjadi pada tahun 2015 ke tahun 2016. Sebab pada rentang tahun itu, terjadi peningkatan sebanyak 159 ekor.
Sementara dari tahun 2012 ke 2013, peningkatan populasi hanya 87 ekor. Yakni dari 8.031 ekor menjadi 8.118 ekor. Memasuki tahun 2013 ke tahun 2014, peningkatan sebanyak 86 ekor pua. Dari jumlah itu, sehingga pupulasinya menjadi 8.204, dari 8.118 ekor tahun sebelumnya.
"Menurut ideal, semestinya peningkatan populasi kerbau sebesar 0,88 persen dari total populasi per tahunnya. Namun peningkatan ideal itu tidak tercapai akibat kurangnya pejantan. Makanya kesadaran IB ini perlu terus ditingkatkan terhadap pemilik ternak tersebut," tutup dia.