:
Oleh MC KAB KUBU RAYA, Selasa, 22 Oktober 2019 | 16:48 WIB - Redaktur: Juli - 683
Kubu Raya, InfoPublik - SD Negeri 9 Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat menjadi juara tiga nasional pada Lomba Budaya Mutu Sekolah Dasar Tingkat Nasional 2019.
Setelah bersaing dengan sekitar 120 kontestan lainnya se-Indonesia, SDN 9 sukses meraih peringkat tiga nasional Kategori Sekolah Dasar Negeri Rujukan Komponen Manajemen Berbasis Sekolah.
Lomba Budaya Mutu Sekolah Dasar Tingkat Nasional digelar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Senin (21/10/2019).
“Kita syukuri dan apresiasi, karena kemarin sekolah ini mengikuti lomba tingkat nasional dan kita tidak menyangka hasilnya. Ini suatu pencapaian yang luar biasa, yakni bisa mendapatkan juara tiga di tingkat nasional,” ucap Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan, di sela-sela kunjungannya ke SDN 9 Sungai Raya.
Muda mengatakan, prestasi yang diraih SDN 9 Sungai Raya adalah buah dari manajemen berbasis sekolah, sebab, menurut dia, manajemen berbasis sekolah adalah jiwa dari pengelolaan sebuah sekolah. Dalam manajemen berbasis sekolah, ada pelibatan secara aktif dari semua unsur pemangku kepentingan sekolah bersangkutan.
“Kenapa manajemen berbasis sekolah itu penting, karena di situlah sebetulnya roh dan substansinya. Bagaimana jika sekolah dikelola dengan cara yang maksimal baik dalam kepemimpinan maupun pola partisipasinya,” katanya.
Muda menuturkan, baiknya kepemimpinan dan manajemen relasi antar semua pihak, memunculkan banyaknya inisiatif positif bagi sekolah. Inisiatif itu, tidak hanya berasal dari pihak kepala sekolah dan guru, namun juga dari semua sisi pemangku kepentingan sekolah terkait.
“Ada manajemen relasi guru-murid, guru-guru, guru-pimpinan, guru-pemerintah, sekolah-kelompok masyarakat, dan seterusnya. Bahkan ada paguyuban wali murid. Ini akan menjadi suatu kohesi yang baik,” terang dia.
Capaian yang diraih, menurut Muda, adalah potret keberhasilan manajemen berbasis sekolah yang bisa memaksimalkan potensi kohesi yang baik dari semua pihak. Termasuk potensi dari murid-murid. Ia menyebut murid seringkali punya inspirasi dan inisiatif tak terduga. Hanya kerap tak berani menyampaikannya.
“Inspirasi itu harus kita dengar. Keberadaan paguyuban wali murid pun biasanya menjadi saluran bagi ide dan gagasan murid-murid. Yang mungkin takut menyampaikan idenya secara langsung ke pihak sekolah,” jelas dia.
Muda menegaskan, manajemen berbasis sekolah adalah kunci dalam setiap kepemimpinan. Khususnya terkait konteks proses penguatan sektor pendidikan. Ia berkeinginan dapat meluaskan kultur manajemen berbasis sekolah ke sekolah-sekolah lainnya, karena itu, perlu dilakukan penguatan standar minimal pelayanan (SPM).
“Manajemen berbasis sekolah harus memenuhi SPM. Supaya sekolah-sekolah yang lain juga bisa diperkuat dalam pola-pola manajemennya. Termasuk juga inilah hal-hal yang kita coba jadikan model. Karena model itu penting,” tuturnya.
Sementara, Kepala Sekolah SD Negeri 09 Sri Priyantinah Listiyanti mengatakan, target budaya mutu adalah agenda rutin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI setiap tahunnya. Keberhasilan sekolah yang dipimpinnya, menurut dia, berawal dari data pokok pendidikan (dapodik) sekolah.
“Dilihat dari dapodiknya. Setelah dapodik dianggap memenuhi persyaratan, akhirnya divisitasi atau kunjungan. Dan kunjungan itu pun kami tidak tahu. Tiba-tiba saja tim dari pusat datang melihat bagaimana kondisi di sekolah ini tanpa ada pemberitahuan lebih dulu,” ungkapnya.
Setelah itu, lanjut Listiyanti, pihak sekolah diundang untuk mempresentasikan gagasan yang sudah dilaksanakan sekolah terkait. Khususnya berkaitan dengan delapan standar nasional pendidikan (SNP).
“Kami berusaha untuk menjelaskan bahwa best practice yang kami lakukan di sekolah adalah dengan dasar mengembangkan seluruh budaya mutu yang ada di sekolah. Terutama yang ada di manajemen berbasis sekolahnya. Ternyata itulah yang mengantarkan kami sehingga bisa membawa predikat juara tiga nasional yang ini adalah untuk Kubu Raya dan Kalimantan Barat,” paparnya.
Listiyanti mengaku, pihaknya tidak pernah bekerja dengan target mendapatkan juara. Menurutnya, apa yang dilakukan sekolah hanyalah melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Hal itu demi peningkatan mutu pendidikan.
“Kalau semua sekolah bisa melakukan itu dengan penuh kesadaran dan komitmen, maka yakinlah Kubu Raya akan bisa terdepan dan berkualitas,” katanya.
Listiyanti menyatakan pentingnya implementasi. Alih-alih sekadar konsep di atas kertas, dengan aksi nyata itulah, menurut dia, SDN 9 bisa meraih sejumlah prestasi membanggakan. Di antaranya menjadi sekolah rujukan, sekolah ramah anak, sekolah model sekolah sehat, dan sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi Kalimantan Barat sekaligus wakil Kalbar di tingkat nasional.
“Tahun lalu kita juga mendapat predikat kepala sekolah berprestasi dan peringkat satu di Kalbar mewakili ke tingkat nasional,” tambahnya.
Listiyanti melanjutkan, guru olahraga di SDN 9 juga meraih prestasi sebagai juara satu tenis meja tingkat nasional PGRI.
“Adapun kalau level siswa, sudah cukup banyak siswa kita yang juga sampai di tingkat nasional baik untuk IPA, matematika, seni, dan pramuka,” imbuhnya.
Listiyanti berterima kasih atas apresiasi Bupati Muda Mahendrawan. Ia menyebut capaian yang didapat SDN 9 menjadi bukti bahwa pendidikan di Kubu Raya punya potensi menjanjikan.
“Bagaimana pun prestasi ini akan semakin mengangkat nama Kubu Raya meskipun dari satu sisi yakni pembinaan sekolah dasar,” ucapnya.
Listiyanti mengatakan bahwa pendidikan siswa, teladan adalah kunci utama. Ia mengungkapkan, kultur SDN 9 adalah komit mendidik anak dengan contoh dan pembiasaan.
“Jadi guru-guru di sini sudah terbiasa melakukan setiap hal yang nantinya dicontoh oleh siswa. Soal piket? Disini guru menyapu dan mengepel itu sudah biasa. Termasuk kepala sekolah. Jadi kami kerja bareng dan contoh itulah yang paling penting. Kami punya moto ‘berprestasi dalam setiap aksi’,” pungkasnya. (MC KubuRaya/ird)