:
Oleh MC KAB PESISIR SELATAN, Selasa, 22 Oktober 2019 | 11:07 WIB - Redaktur: Juli - 493
Painan, InfoPublik - Peristiwa terdamparnya Hiu Tutul di perairan laut Pesisir Selatan, tepatnya di Pantai Tan Sridano, Kecamatan Batang kapas, Sumatra Barat membuat warga setempat bertanya-tanya, karena peristiwa itu sudah sering terjadi.
Firdaus, Kepala Bidang Pemberdayaan dan Pembudidaya pada Dinas Perikanan Pessel menyebutkan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan hewan bernama latin Rhincodon Typus itu terdampar. Faktor pertama adalah hewan berukuran besar tersebut terdampar saat mencari makan hingga menyasar perairan dangkal.
"Apalagi sekarang sudah masuk musim Udang Reborn (udang sayia, red). Sebelumnya juga ada musim Ikan Cabe-cabe atau anak Baronang. Hiu Tutul ini makannya dengan cara menghisap ikan yang berukuran kecil. Biasanya Ikan yang masih kecil ini banyak ditemukan pada perairan dangkal," katanya, Senin (21/10).
Menurut dia, perairan dangkal merupakan tempat berkumpulnya ikan atau udang kecil karena lebih subur dibandingkan perairan dalam. Pihaknya menduga saat mencari mangsa, Hiu Tutul ini tersesat ke perairan dangkal dan tak bisa lagi kembali ke laut dalam.
"Kami menduga hewan pemakan Plankton ini mencari mangsa hingga ke perairan dangkal, akibatnya tidak bisa lagi kembali ke laut dalam," katanya.
Ia menambahkan, fenomena alam tersebut tidak berdampak kepada hasil tangkapan nelayan, sebab, Hiu Tutul tersebut menjadi tempat berkumpulnya Ikan Tongkol dan Tuna.
Berdasarkan catatatan Dinas Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan, peristiwa serupa sudah terjadi sejak 1998. Saat itu Hiu Tutul berukuran besar juga terdampar di perairan laut Pessel tepatnya di Batu Tembak, Kecamatan IV Jurai dengan panjang sekitar 17,5 meter, lebar 2,5 meter, dan berat 3,6 ton.
Kemudian pada 2016 terjadi lagi di pantai Amping Parak, Kecamatan Sutera Hiu Tutul sepanjang 14,5 meter, lebar 2,3 meter berat sekitar 2,5 ton, kemudian di perairan laut Sumedang, Kecamatan Ranah Pesisir juga terdampar Hiu Tutul dengan panjang sekitar 13,5 meter, lebar 2,1 meter, dan berat 2,7 ton.
Selanjutnya fenomena alam ini juga terjadi pada 2019 di bulan yang sama, tepatnya di perairan laut Teluk Batung, Kecamatan Batangkapas Hiu Tutul berukuran panjang sekitar 7,3 meter, lebar 1,8 meter dan berat 2,2 ton. Dan baru-baru ini, di Pantai Tan Sridano, Kecamatan Batangkapas dengan panjang sekitar 6,5 meter, lebar 1,5 meter dan berat 1,2 ton.
Sebelumnya Nelayan di Pantai Transidano Taluak Limpaso, Kecamatan Batangkapas, Kabupaten Pesisir Selatan, menguburkan ikan raksasa tersebut dengan cara di kafan (kain putih, red).
M. Rasyid (67) nelayan sekitar yang mengkafani ikan paus tutul tersebut mengatakan, biasanya kalau ikan tersebut muncul, nelayan sangat senang, sebab, hewan raksasa itu menghisap ikan-ikan kecil sehingga kerap menjadi perkumpulan Ikan yang biasa menjadi tangkapan nelayan.
"Awal kami temukan sekitar pukul 08.00 Wib, saat itu kami berupaya melepaskannya ke tengah laut. Namun, sekitar pukul 10.00 Wib kami temukan sudah terdampar di pantai. Kami menduga ikan kanca-kanca ini, (bahasa nelayan, red) terlalu banyak menghisap ikan kecil-kecil sehingga tidak tersaring lagi melalui insang akibatnya kelelahan," katanya.
Menurut dia, ritual mengkafani ikan tersebut adalah sebagai bentuk penghormatan kepada laut dan seluruh isi yang terkandung di dalamnya. Sebab, ikan besar itu mati di perairan laut tempat mereka biasa menangkap ikan.
"Menurut tetua kami terdahulu, setelah kito timbang utang kito bayia (setelah di ukur hutang di bayar). Jadi, kami bayar dengan kain kafan ini dan dikuburkan secara baik-baik," tutur dia mengakhiri.