Dinas Pertanian Lakukan Vaksinasi Rabies, KIE Rabies dan Sterilisasi HPR Gratis

:


Oleh MC KOTA SOLOK, Senin, 30 September 2019 | 15:10 WIB - Redaktur: Tobari - 742


Solok, Info Publik - Coverage vaksinasi (capaian vaksinasi) yang efektif untuk pencegahan kejadian Rabies yaitu minimal 80%  dari total populasi Hewan Pembawa Rabies (HPR) yang ada.

Kegiatan ini juga bertujuan menggugah peran serta masyarakat untuk peduli dengan rabies dan melakukan vaksinasi terhadap HPR nya.

Hal itu seiring dengan tangal 28 September diperingati sebagai hari Rabies Sedunia “Worl Rabies Day”, tahun ini merupakan tahun ke 13 dengan tema “Vaccine to Eliminate”. Vaksinasi rabies adalah langkah antisipatif untuk mencegah kejadian rabies.

Rabies merupakan salah satu penyakit Zoonosis dan juga sangat mematikan. Proses penularan yaitu melalui luka gigitan dari Hewan Pembawa Rabies (HPR) Anjing, Kucing dan Kera, tapi tidak tertutup kemungkinan dari hewan lain yang tertular atau terkena rabies.

Di Indonesia, rabies pertama kali ditemukan pada seekor kuda pada tahun 1884, disusul temuan pada kerbau di tahun 1889, anjing di tahun 1890, dan manusia pada 1894. Setiap tahun, hampir 59.000 orang meninggal dunia akibat rabies di seluruh dunia.

Gigitan anjing berkontribusi terhadap 99% kasus rabies pada manusia dan sekitar 40% orang yang digigit anjing terduga rabies merupakan anak berusia di bawah 15 tahun

Sumatera Barat, khususnya Kota Solok merupakan wilayah endemis kejadian Rabies, sehingga menjadi daerah fokus untuk penanggulangan dan pembebasan rabies.

Selain itu, adanya Perda Kota Solok No 14 Tahun 2003 tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Rabies (Gila Anjing) sangat perlu untuk disikapi untuk wujudkan Kota Solok Bebas Rabies.

Beberapa kegiatan pencegahan rabies di Kota Solok berupa Sosialisasi Rabies (KIE Rabies), Vaksinasi Rabies, Sterilisasi HPR dan Eliminasi HPR Liar.

Hadir pada Peringatan Hari Rabies Sedunia 28 September 2019 di Kota Solok ini yaitu Kepala Bidang Peternakan, Kesehatan Hewan dan Perikanan Ade Kurniati, Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Amora.

Serta, Kepala Seksi Peternakan Taufiq Rusli, Kepala UPTD Puskeswan Denny Susanti, KTU UPTD Puskeswan Zulfitriyana, beberapa orang staf Bidang Peternakan dan Keswan, Staf UPTD Puskeswan, Staf UPTD Rumah Potong Hewan (RPH).

Kegiatan dilakukan oleh Dinas Pertanian dalam memperingati Hari Rabies Sedunia ini yaitu Sosialisasi Rabies bagi Porbi dan masyarakat di Koto Panjang (Sepanjang Bantaran Batang Lembang) dan kepada siswa SD di Payo, Kegiatan Vaksinasi Rabies di Payo dan Tanjung Paku.

Serta Kegiatan Sterilisasi (Ovariohisterektomi – Kastrasi) yang dilakukan di UPTD Puskeswan. Semua kegiatan ini gratis kepada masyarakat.

Kepala Dinas Pertanian Kota Solok Ikhvan Marosa menyampaikan melalui Kepala Bidang Peternakan, Kesehatan Hewan dan Perikanan, Ade Kurniati menjelaskan bahwa Peringatan Hari Rabies Sedunia ini  akan kita lakukan setiap tahunnya dengan berbagai bentuk kegiatan yg dapat mendukung terlaksananya Kota solok bebas rabies.

Sementara itu, Ade mengatakan Peringatan Hari Rabies Sedunia ini sangat penting bagi Kota Solok sebagai Kota Kecil, sudah seharusnya semua pihak bergandengan tangan untuk membebaskan Kota Solok dari rabies.

Target bebas rabies Kota Solok awalnya Tahun 2020, namun karena masih adanya kasus gigitan rabies dan masih ditemukannya kasus positif rabies pada hewan sehingga targetnya ini masih maju mundur.

Kedepan diupayakan untuk membebaskan Rabies pada 1 kelurahan yang kemudian berjenjang ke seluruh kelurahan sehingga target mewujudkan Kota Solok Bebas Rabies bisa diwujudkan pada masa mendatang, ungkapnya.

Kegiatan Sosialisasi Rabies ini kepada masyarakat dan Anak Sekolah ini bertujuan untuk menggugah peran serta masyarakat untuk peduli dengan Rabies.

Hal-hal yang harus diketahui masyarakat meliputi langkah pencegahan rabies, tindakan ketika terjadi kasus gigitan, gejala-gejala kejadian rabies dan tindakan vaksinasi rabies bagi hewan dan manusia.

"Titik tekan sosialisasi ini yaitu pada kepedulian masyarakat untuk melakukan vaksinasi rabies pada hewan peliharaan khususnya Anjing dan Kucing serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penanganan yang dilakukan jika terjadi kasus gigitan,” tutur Denny selaku Kepala UPTD Puskeswan.

Pada puncak Peringatan Rabies Sedunia ini vaksinasi rabies difokuskan di UPTD Puskeswan, Payo Tanah Garam dan Tanjung Paku. Awalnya kegiatan berfokus pada satu titik kumpul kemudian dilanjutkan dengan mendatangi dari rumah ke rumah warga.

Jumlah HPR yang divaksin rabies hari ini, di Payo sebanyak 33 ekor yang terdiri dari 20 ekor anjing dan 13 ekor kucing. Sedangkan di Tanjung Paku sebanyak 36 ekor HPR yang terdiri dari 2 ekor anjing dan 34 ekor anjing.

Irdanis warga Tanjung Paku mengatakan,biasanya pemilik anjing di Tanjung Paku mau untuk vaksinasi rabies, tapi karena kebetulan besok (Minggu) hari berburu bagi mereka dan mereka keberatan.

“Setelah Vaksinasi Rabies HPR sebaiknya HPR diistirahatkan dari aktivitas yang banyak/ berat minimal 3 hari, hal ini berkaitan dengan imunitas HPR yang bersangkutan” jelas Amora menjawab pernyataan warga.

Kegiatan vaksinasi rabies di Kota Solok dari tahun ke tahun dilakukan secara door to door (dari rumah ke rumah) sebagai upaya untuk mencapai 70 % target populasi HPR di Kota Solok dan kegiatan ini gratis tidak dipungut biaya.

Selain itu juga dilakukan kegiatan Sterilisasi HPR di UPTD Puskeswan, berupa tindakan bedah yang memerlukan lokasi dan peralatan yang steril sehingga difokuskan di UPTD Puskeswan.

Pada Peringatan Hari Rabies Sedunia ini, Dinas Pertanian hanya bisa memberikan layanan sterilisasi gratis untuk 5 ekor HPR.

Hal ini berkaitan dengan anggaran dan SDM yang bisa dilibatkan. Dari 5 ekor yang ditarget dapat dilakukan sterilisasi 2 ekor HPR yaitu 1 ekor jantan dan 1 ekor betina.

“Sterilisasi bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi HPR, sebagaimana diketahui HPR khususnya anjing dan kucing bisa melahirkan 2 – 3 kali dalam setahun dengan jumlah anak berkisar dari 4 – 10 ekor per 1 kali melahirkan.

Jadi bisa dibayangkan jumlah populasi HPR dan peluang munculnya kejadian rabies bila tidak dilakukan tindakan sterilisasi pada HPR” pungkas Efal yang merupakan dokter hewan di Puskeswan. (MC Kota Solok/toeb)