Porda Korpri Aceh III Ditutup Plt. Gubernur Aceh 

:


Oleh MC KOTA SUBULUSSALAM, Minggu, 15 September 2019 | 03:28 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 515


Subulussalam, Info Publik-Wali kota Subulussalam Affan Alfian mewakili Plt. Gubernur Aceh menutup Porda Aceh III pada upacara hari jadi Subulussalam ke- 57 Tahun 2019 bertempat di Lapangan Sada Kata Subulussalam, sabtu (14/9/2019).

Perolehan peringkat juara Porda Korpri Aceh sebagai juara umum yakni Kabupaten Aceh Utara meraih empat emas dan satu perunggu. Pemerintah Aceh nomor urut kedua meraih dua emas dan tiga perak . Urutan ketiga Kota Sabang meraih dua emas satu perak , urutan keempat Aceh Barat Daya meraih dua emas.Sementara Kota Subulussalam diurutan kelima meraih satu emas dua perak.

Untuk urutan enam Aceh Selatan meraih satu emas dua perunggu, urutan ketujuh Aceh Tamiang meraih satu emas dan satu perunggu, urutan kedelapan Aceh Singkil meraih satu perak dua perunggu, urutan kesembilan Aceh Tengah meraih satu perak dan satu perunggu, dan urutan kesepuluh Aceh Timur meraih satu perak dan satu perunggu.

Mengawali upacara peringatan hari jadi Subulussalam ke - 57 Tahun 2019, Walikota dan Wakil Walikota beserta jajaran Forkopimda disambut tarian khas suku singkil yakni tarian dampeng.

Peserta upacara diikuti oleh unsur TNI/Polri, ASN, honorer, pegawai perbankan dan mahasiswi Akbid. Sementara petugas upacara adalah Kabag Organisasi Joni Arizal, S. STP sebagai Komandan Upacara, Syahpudin, MM Kepala Dinas Pertanahan sebagai Perwira Upacara.

Pembaca Teks UUD 1945 Camat Penanggalan Ronis bancin, S. STP dan pembaca teks Pancasila Camat Rundeng Faisal, SH.

Safran Kombih, SH membacakan sejarah singkat Subulussalam, dikatakannya sebelum penjajahan Belanda masuk , wilayah Singkil dipimpin 16 raja yang sering disebut Raja Si Enam belas.

Masing-masing delapan kerajaan di daerah aliran sungai Cinendang (Simpang Kanan Kini) dan delapan kerajaan di daerah aliran sungai Sauraya. Kerajaan di aliran Cinendang adalah Tanjung Mas, Kerajaan Negeri Ujung Limus, kerajaan Suro, kerajaan Serasah, kerajaan Panjang, kerajaan Punaga, kerajaan Tanah Merah, dan kerajaan Kuta Batu.

Untuk kerajaan di aliran sungai sauraya yakni kerajaan Kuta Baharu, kerajaan Longkib, kerajaan Binanga, kerajaan Tualang, kerajaan Kombih, kerajaan Belegen, kerajaan Pasir Belo, dan kerajaan Batu-Batu.

Di tahun 1681 mulailah masuk pengaruh Belanda dibawah pengawasan keresidenan Tapanuli dengan ibukota Sibolga.Dalam rangka politik devide et impera diputuskan wilayah Singkil tunduk pada Gubernur Militer Aceh yang berkedudukan di Koeta Raja.

Pada saat periode Kolonial Belanda diangkat I.C. Tiggelman sebagai Konteleur. Dibawah pemerintahan Belanda Singkil terbagi menjadi empat distrik yakni Distrik Banadan Singkil, Simpang Kiri, Simpang Kanan dan Banyak Laeden.

Sejak tahun 1937 kekuasaan raja-raja beralih total ke Konteleur Singkil sejak itu pula kekuasan raja tidak diberikan kesempatan kepada anak pribumi. . Hal itu tampak jelas pimpinan Distrik Banaden Singkil diangkat Datuk Murat dan Kepala Distrik Simpang Kiri yang berkedudukan di Rundeng diangkat Datuk Paruhum Lubis dar Keresidenan Tapanuli.

Diawal kemerdekaan berdasarkan ketetaapan DPRD Tk II Aceh Selatan dan DPRD Tk I dinyatakan wilayah Singkil berstatus perwakilan Aceh Selatan berkedudukan di Singkil yang disebut pembantu Bupati ceh Selatan perwakilan Singkil ( Asisten Residen) dengan nama-nama Pembantu Bupati tersebut adalah Ibrahim Abduh, Drs HT. Husein Alamsyah, Drs. M . Yunus Ahmad, Rafli BA, H. Muslim Dahri dan H. Makmur Syahputra, SH.

Pada tahun 1999 Wilayah Singkil berubah menjadi Kabupaten Aceh Singkil. Pada waktu itu terjadi pemekaran beberapa kecamatan, Kecamatan Simpang Kiri mekar menjadi tujuh kecamatan. Pada tahun 2007 saat terbentuk Kota Subulussalam lima kecamatan dari pemekaran Kecamatan Simpang Kiri masuk wilayah Kota Subulussalam dan dua kecamatan yakni Kutabaharu dan Singkohor masuk wilayah Kabupaten Aceh Singkil.

Pada tahun 2007 Kota Subulussalam menjadi Kota definitif melelaui Undang-undang Nomor 8 Tahun 2007 pada tanggal 2 januari 2007. Pj. Walikota pertama adalah H. Asmaudin, Pj. Walikota selanjutnya adalah H. Martin Deski.

Hasil pilkada 2009 H. Merah Sakti dan H. Affan Alfian menjadi Walikota dan Wakil Walikota periode 2009-2014. Untuk periode 2014-2019 dipimpin H. Merah Sakti dan Drs. Salmaza, MAP. Dan untuk periode 2019-2024 Kota Suulussalam dipimpin oleh Affan Alfian dan Wakilnya Salmaza.

Mengawali kata sambutan sebagai irup Walikota H. Affan Alfian memimpin doa untuk Presiden Ketiga Prof. Dr, Ing. BJ. Habibi yang telah meninggal beberapa hari lalu. Walikota menegaskan bahwa usia Subulussalam dengan umur 57 itu dianggap sudah tua sementara untuk Pemerintah Kota Subulussalam masih belia yakni 12 tahun, sebutnya.

Kita masih terus berjuang agar daerah kita bisa sejajar dengan daerah lain. Kita akui, status daerah kita kota namun masih ada juga daerah yang miskin dan terbelakang. Jelas ini menjadi tanggungjawab kita bersama agar pembangunan bisa menyentuhnya.

"Program-program pembangunan akan terus kita kejar dalam segala sektor seperti pembangunan jalan, jembatan, pendidikan, kesehatan, peningkatan ekonomi rakyat, peningkatan infrastruktur jaringan telekomunikasi dan sebagainya tentu perlu dukungan dan partisipasi masyarakat semuanya,"tuturnya.

Peringatan Hari jadi Subulussalam ada yang pro dan kontra di masyarakat kita, namun perlu kami ingatkan bahwa peringatan Hari jadi Subulussalam bukan hari Jadi Pemerintah Kota Subulussalam. Peringatan Hari Jadi Subulussalam adalah memperingati lahirnya Subulussalam sebagai desa yang tumbuh berkembang menjadi kota.

"Untuk peringatan hari jadi Pemko Subulussalam, Pemko membuka diri agar dilakukan musyawarah atau melakukan seminar,"ujarnya.

Turut hadir, Wakil Walikota Subulussalam, Ketua DPRK Sementara dan anggota, Forkopimda Kota Subulussalam, Ketua Korpri Aceh, Sekda, Asisten, Ketua TP PKK Kota dan Wakil, Kepala SKPK, Camat, Perwira TNI/Polri, para tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat.