:
Oleh MC KAB KEP TANIMBAR, Sabtu, 16 Maret 2019 | 13:36 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 1K
Saumlaki, InfoPublik - Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku menyarankan kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar, tiga langkah startegis untuk menurunkan angka kemiskinan di kabupaten berjuluk duan-lolat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2018, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Kepulauan Tanimbar) menempati urutan kedua jumlah penduduk miskin terbanyak di Provinsi Maluku dengan jumlah 31,53 ribu jiwa.
Menurut Kepala BPS Provini Maluku Dumangar Hutauruk, tiga langkah menurunkan angka kemiskinan, yaitu pertama, program itu harus sampai kepada masyarakat, karena masyarakatlah yang menyampaikan kepada kita berdasarkan kuisioner yang diisi.
"Harapan kita, program itu ditindaklanjuti sampai ke tingkat masyarakat jangan sampai di tingkat lembaga misalnya, kecamatan atau desa.” Sebut Dumangar Hutauruk, di Kantor Bupati, Saumlaki, Kepulauan Tanimbar, Kamis (14/3/2019).
Jika bicara kemiskinan maka hal kedua yang mesti menjadi langkah startegis adalah pemerintah harus melakukan (menjaga) pengendalian harga. Kalau sampai tidak terjaga, maka akan bertambah banyak orang di bahwa garis kemiskinan.
“Kita harus menjaga pengendalian harga. Kalo bicara pengendalian harga kita harus bicara tentang produksi kita atau paling tidak ketersediaan yang ada di daerah kita dan jika tidak ada, maka harus impor dari provinsi/kabupaten lain. Jangan sampai ketersediaan kosong, nantinya akan menimbulkan harga yang meningkat.” Lanjutnya.
Ketiga, melakukan pemetaan potensi daerah dan inilah yang harus diunggulkan untuk bersaing dengan daerah lain. Jangan mencoba menyaingi potensi yang sudah ada di kabupaten lain karena pasti akan berat.
Dasar penilaian Kabupaten Kepulauan Tanimbar masuk daerah termiskin kedua, menurut Hutauruk, metode penghitungan secara makro, artinya angka agregat digambarkan oleh masing-masing daerah. Lalu bagaimana menghitungnya ? Dengan menentukan garis kemiskinan, sehingga jika ada penduduk di bahawa garis kemiskinan mereka dianggap miskin.
“Kita lihat pada terakhir ini kemiskinan di Tanimbar ini agak rendah. Kita biasanya melakukan pengumpulan data di bulan Februari dan Agustus jadi pengolahan datanya di bulan September, kemudian dipelajari, disitulah kita melihat kondisi yang tidak semestinya."Katanya
Menurutnya, ada apa di Tanimbar pada bulan Februari ? ternyata di bulan Februari itu, masalah transportasi yang tidak bisa membawa konsumsi pangan ke Saumlaki/Tanimbar sehingga argumen ini menggambarkan memang betul kondisinya seperti itu. "Dengan adanya perbaikan sekarang ini mudah-mudahan bisa berubah menjadi lebih bagus lagi.” Katanya.
Lanjutnya, di sisi lain, miskin juga ada enaknya karena dia akan mendapat berbagai program tapi di sisi lain juga tidak enak. "Tetapi jika kita mau berbicara dari sisi negatif, lihatlah dari sisi positifnya, berapa perubahan-perubahan yang terjadi selama periode tersebut.”pungkasnya (MC MTB/Edwin)