Mosquito Trap Ala Jerman Sukses Minimalisir Nyamuk di Batubesar

:


Oleh MC Kota Batam, Jumat, 10 Juni 2016 | 18:07 WIB - Redaktur: Tobari - 717


Batam, InfoPublik - Mahasiswa Universitas Riau Kepulauan bersama dengan lembaga penelitian FCL, meneliti efektivitas sistem mosquito trap terhadap pengurangan jumlah nyamuk di lingkungan studi.

Lokasi yang dipakai untuk kegiatan penelitian yaitu lahan seluas 2.000 meter persegi di daerah Nongsa, tepatnya di proyek pembangunan rumah tambah (Rubah) di Kampung Melayu, Kelurahan Batubesar, Kota Batam.

Dosen Universitas Riau Kepulauan Rahmat Kurniawan mengatakan, sistem perangkap nyamuk yang diteliti ini menggunakan produk ALO the Mosquito Machines asal Jerman namun diproduksi di Jawa Timur.

"Sistem kerjanya itu dengan meletakkan empat unit mesin di empat sudut lokasi. Dan pada tiap unit terdapat empat bak kecil penampung air. Alat ini kemudian ditutupi tanaman, atau diletakkannya di dekat tanaman, untuk mengundang nyamuk datang," kata Rahmat, Jum’at (10/6).

Lokasi di sekitar alat dibuat senatural mungkin sehingga nyamuk mau datang. Ada tanaman yang bisa membuat nyamuk tertarik mendekat. Di bawah tanaman tersebut diletakkan wadah kecil berisi air dan sabut kelapa. Sehingga nyamuk akan bertelur di wadah tersebut.

"Karena rentang waktu penetasan telur itu lima hari, maka di alat ini ada pompa yang menyedot airnya tiap tiga hari sekali. Setelah air dibuang mesin akan mengisi otomatis bak tadi," kata Rahmat.

Sistem ini sudah mulai dipakai di Kampung Melayu sejak Desember 2015 lalu. Selama enam bulan pemakaian, masyarakat setempat sudah merasakan manfaat dari alat tersebut.

Pemilik rumah yang menjadi sumber listrik dan air untuk proyek konstruksi rumah tambah, Mubin mengaku sangat terbantu dengan adanya alat ini. Menurutnya, jumlah nyamuk di lokasi tersebut berkurang drastis. "Dulu beli obat nyamuk berkotak-kotak. Sekarang satu kotak, sebulan pun tak habis," akunya.

Alat ini, kata Rahmat, sudah digunakan di berbagai lokasi kontruksi di Singapura. Di Indonesia, alat ini juga sudah dipakai di Bali, Lombok, dan kawasan wisata Nikoi Bintan.

"Untuk kasus-kasus di Batam, seperti kaki gajah, demam berdarah, yang penyebarannya melalui nyamuk, mungkin bisa diminimalisir dengan alat ini. Karena sistemnya yang natural dan berkelanjutan, serta melindungi satu kawasan besar," kata Rahmat.

Adapun penelitian yang dilakukan mahasiswa Unrika saat ini adalah untuk melihat seberapa banyak bakal nyamuk yang mati dengan alat tersebut. Dan menurut Rahmat, saat ini pihak perusahaan sedang mengembangkan alat yang ukurannya lebih sederhana dan ekonomis, namun tetap efisien secara fungsi. (MC Batam Tika/toeb)