:
Oleh MC Provinsi Jawa Tengah, Senin, 25 Januari 2016 | 09:23 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 263
Semarang, InfoPublik - Gubernur Jawa Tengah, H. Ganjar Pranowo SH MIP menyatakan, pihaknya sangat menyayangkan sikap warga eks-Gafatar yang menolak bantuan sembilan pesawat dari Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa untuk memulangkan mereka ke daerah asal. Akibat penolakan itu, pemulangan ratusan warga eks-Gafatar menjadi tertunda.
"Saya menyesalkan sebenarnya, wong kita itu mau bantu beneran kok," katanya usai menghadiri Pelantikan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Pimpinan Wilayah Aisiyah Jawa Tengah Periode 2015-2020 di Gedung Ghradhika Bhakti Praja, Sabtu, (23/1).
Menurut Ganjar, terkait dengan adanya pemulangan lebih cepat, sehingga keselamatan mereka dapat lebih terjaga, mengingat penolakan dari masyarakat masih sangat besar. Selain itu, pemulangan secara bertahap juga dapat mempermudah kinerja pemerintah untuk memulangkan mereka ke daerah asal."Kita mau mencari aman dulu. Sedangkan dari sisi hak hidupnya dan hak yang lebih dasar itu, kita lindungi," tuturnya.
Ganjar berharap warga eks-Gafatar dapat segera berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait, jika nantinya ada masalah yang harus dibicarakan karena pemerintah sendiri juga sudah menyiapkan zona netral dan transit center untuk membantu mereka.
Setelah adanya penolakan atas bantuan pesawat untuk mememulangkan mereka, lanjut Ganjar, maka pemulangan ratusan warga eks-Gafatar akan kembali kepada rencana semula yaitu dengan menggunakan kapal laut. Menurut informasi, pemulangan eks-Gafatar dengan menggunakan KRI Teluk Gilimanuk akan berangkat di Minggu, (23/1) Pukul 11.00 WITA.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta agar warga eks-Gafatar setelah dipulangkan mendapat pembinaan psikologis dari para psikolog. Pembinaan tersebut untuk menghilangkan trauma atau rasa malu karena sempat masuk dan terjebak pada organisasi dan ajaran Gafatar.
Dirinya juga meminta masyarakat untuk tidak mengasingkan atau memvonis warga eks-Gafatar, setelah mereka kembali ke daerah asalnya agar tidak kembali terjerumus pada ajaran yang sesat."Orang-orang yang terlibat seperti ini itu mengalami apa yang disebut dengan traumatik. Psikologi traumatik itu biasanya kambuh. Di saat ini, ia sendiri merasa terasing, tereliminasi, itu kambuh lagi biasanya," ujarnya.(Humas Jateng/MC.Jateng/Eyv)