:
Oleh MC Kota Banda Aceh, Jumat, 22 Januari 2016 | 09:24 WIB - Redaktur: Tobari - 408
Banda Aceh, InfoPublik - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh menggelar pelatihan dasar penanggulangan bencana bagi pegawai Pemkot Banda Aceh. Kegiatan yang difasilitasi oleh IOM ini, berlangsung di Gedung Escape Bulding Gampong Lambung, Banda Aceh, Kamis (21/1).
Kepala Pelaksana BPBD Banda Aceh Ridwan mengatakan, pelatihan yang rutin digelar pihaknya setiap bulan ini, sangat penting mengingat Banda Aceh terletak di daerah rawan bencana.
“Kota kita terletak di antara dua patahan lempengan bumi yang sangat rentan akan gempa bumi yang dapat memicu tsunami, di samping bencana lainnya seperti banjir dan kebakaran,” katanya.
Menurutnya, penananggulangan bencana secara umum dibagi dalam tiga tahapan, yakni pra bencana, saat bencana terjadi, dan pasca bencana.
Saat ini kita fokus pada tahapan pra bencana guna mengurangi dampak bencana. Bukan hal yang mudah karena bencana seperti gempa bumi tidak bisa diprediksi secara tepat, namun yang penting kita harus sudah siap menghadapinya.
“Untuk itu, kesiapsiagaan dan pengetahuan yang cukup mutlak diperlukan guna meminimalisir dampak risiko bencana, dan sudah menjadi tugas kita semua untuk mensosialisikan hal ini kepada masyarakat,” katanya, seraya mengapresiasi IOM yang telah terlibat dalam penanggulangan bencana di Banda Aceh sejak 2004 lalu.
Sesuai dengan tahapan penanggulangan bencana, pelatihan yang diikuti oleh seluruh perwakilan SKPK di lingkup Pemkot Banda Aceh ini diisi dengan tiga materi utama, yakni pencegahan dan kesiapsiagaan, masa tanggap darurat, serta rehabilitasi dan rekonstruksi.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Banda Aceh Rusmadi Usman dalam materinya menyampaikan, poin terpenting terkait tahapan penanggulangan bencana (pra bencana) adalah komitmen setiap keluarga untuk menentukan titik pertemuan di tempat yang aman jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Contoh kasus jika terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami, setiap anggota keluarga tidak lagi pulang ke rumah untuk mencari anggota keluarga yang lain karena sudah berkomitmen untuk bertemu di suatu titik yang dinilai aman. “Hal ini perlu pula diterapkan di sekolah-sekolah antara guru, orangtua dan murid,” katanya.
Hal penting lainnya dalam menghadapi bencana yakni selalu mempersiapkan sebuah tas yang berisi dokumen-dokumen penting, dan peralatan/perlengkapan darurat.
“Kita juga bisa membuat ‘Early Warning System (EWS)’ sederhana di rumah. Bahannya bisa dari kaleng susu bekas yang diisi kelereng lalu diletakkan di atas lemari. Alat seperti ini akan menimbulkan bunyi saat gempa terjadi,” katanya.
Selanjutnya kepada para peserta juga diberikan materi mengenai masa tanggap darurat yang disampaikan oleh Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Banda Aceh Nata Kurniawan. Sementara materi rehab-rekon disampaikan oleh Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi Yubasri. (mc banda aceh/toeb)