- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Rabu, 25 Desember 2024 | 10:39 WIB
: Ilustrasi suasana penumpang Peswat Bandara I Gusti Ngurah Rai padati terminal di momen arus datang Natal, Denpasar/ foto ANTARA (Ni Putu Putri Muliantari)
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Selasa, 24 Desember 2024 | 23:00 WIB - Redaktur: Untung S - 136
Jakarta, InfoPublik – Pada arus mudik saat libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru 2024/2025), harga tiket pesawat domestik di Indonesia mengalami penurunan. Itu menjadi langkah konkret pemerintah dalam mendorong pertumbuhan perekonomian nasional, dengan mempermudah mobilitas masyarakat.
Founder dan Ekonom Segara Research Institute, Piter Abdullah, dalam keterangannya Selasa (24/12/2024) menjelaskan bahwa tradisi mudik atau pulang kampung di Indonesia telah menjadi momen penting untuk berkumpul dengan keluarga, baik pada Idulfitri maupun Natal. Namun, tren mudik kini tidak hanya terbatas pada hari raya keagamaan, melainkan juga pada kesempatan libur panjang atau tanggal merah.
Hasil survei Kementerian Perhubungan menunjukkan potensi pergerakan masyarakat pada masa Angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 diperkirakan mencapai 110,67 juta orang. Tren ini semakin didorong oleh kemudahan pemesanan tiket dan infrastruktur transportasi yang semakin berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Kemudahan Pemesanan Tiket dan Peningkatan Mobilitas
Piter Abdullah mengungkapkan bahwa perkembangan platform daring yang memungkinkan masyarakat memesan tiket secara mudah dan cepat, serta kemudahan dalam proses check-in boarding, memberikan dampak positif pada efisiensi mobilitas. “Saat ini sudah tersedia banyak platform daring yang melayani pemesanan, pembayaran digital, hingga penyederhanaan proses check-in boarding sehingga memberikan kemudahan dan efisiensi kepada masyarakat,” ujar Piter.
Pada momen-momen puncak seperti Natal dan Tahun Baru, harga tiket pesawat biasanya dipengaruhi oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. Saat permintaan meningkat dan penawaran terbatas, harga tiket cenderung melonjak. Piter menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi industri penerbangan, termasuk keterbatasan jumlah pesawat pasca-Covid-19, ketersediaan suku cadang, harga bahan bakar yang lebih tinggi, serta fluktuasi nilai tukar mata uang.
Pemerintah Turunkan Harga Tiket Pesawat untuk Dukung Ekonomi
Meski begitu, pada Nataru tahun ini, pemerintah mengambil langkah yang berbeda dengan menurunkan harga tiket pesawat domestik sebesar 10 persen. Langkah ini dipandang sebagai upaya pemerintah untuk mengurangi beban masyarakat serta mendorong perekonomian melalui peningkatan mobilitas.
“Harga tiket yang lebih terjangkau membuat pergerakan masyarakat meningkat. Ketika pergerakan masyarakat meningkat, pergerakan ekonomi juga turut meningkat. Masyarakat akan membelanjakan uangnya untuk perjalanan, penginapan, konsumsi, rekreasi, dan lainnya,” jelas Piter.
Mobilitas masyarakat yang meningkat berpotensi menciptakan efek berganda pada perekonomian, termasuk di daerah-daerah pelosok. Aktivitas ekonomi yang tercipta, seperti belanja barang dan jasa, akan membantu menstimulus perekonomian lokal dan menciptakan nilai tambah baru yang akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Perekonomian Triwulan IV: Meningkat Berkat Nataru
Secara historis, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan pada masa Nataru, terutama pada triwulan IV. Menurut Piter, sektor transportasi, penginapan, dan rekreasi biasanya menunjukkan tren kenaikan yang jelas pada periode ini. Meskipun pada 2023 perekonomian sedikit turun, Nataru tetap menjadi momen penting bagi perekonomian Indonesia.
Penurunan harga tiket pesawat domestik sebesar 10 persen pada Nataru 2024 ini diyakini menjadi langkah strategis pemerintah untuk mendorong perekonomian di penghujung tahun. Dengan meningkatkan mobilitas masyarakat, pemerintah berharap dapat memacu aktivitas ekonomi yang akan memberikan dampak positif bagi seluruh lapisan masyarakat.
Langkah pemerintah menurunkan harga tiket pesawat domestik pada libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) merupakan upaya untuk mengurangi beban masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan semakin mudahnya mobilitas masyarakat dan peningkatan aktivitas ekonomi yang ditimbulkan, diharapkan langkah ini dapat membawa dampak positif pada perekonomian nasional, terutama di sektor-sektor yang terkait dengan transportasi, pariwisata, dan konsumsi.