- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Rabu, 22 Januari 2025 | 17:50 WIB
: Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menjadi pembina upacara di SMA Negeri 1 Cilacap (Foto: Dok Kemendikdasmen)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Senin, 14 April 2025 | 14:01 WIB - Redaktur: Untung S - 325
Jakarta, InfoPublik — Penjurusan di jenjang SMA, yang membagi siswa ke dalam jurusan IPA, IPS, dan Bahasa, kembali mencuat sebagai kebijakan yang banyak mendapatkan dukungan.
Berdasarkan pandangan Ki Darmaningtyas, aktivis pendidikan dari Tamansiswa, penjurusan memiliki sejumlah sisi positif yang lebih dominan dibandingkan dengan sistem tanpa penjurusan.
Salah satu keuntungan terbesar dari penjurusan adalah kemudahan bagi siswa untuk memilih sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Sebagai contoh, siswa yang berminat ke bidang sains dan teknologi akan memilih jurusan IPA, sementara yang tertarik pada sastra dan humaniora bisa memilih jurusan Bahasa. Pemilihan ini sangat membantu siswa dalam menentukan jurusan kuliah yang sesuai dengan cita-cita mereka.
“Siswa yang ingin melanjutkan ke bidang teknik atau kedokteran akan lebih fokus pada mata pelajaran fisika dan biologi. Begitu juga dengan siswa yang berencana masuk ke jurusan sastra, mereka akan lebih siap dengan penguasaan bahasa,” ungkap Ki Darmaningtyas, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Senin (14/4/2025).
Penjurusan juga memberikan keuntungan dari sisi tata kelola sekolah. Sekolah akan lebih mudah mengatur jadwal pelajaran karena kebutuhan guru untuk masing-masing mata pelajaran sudah jelas. Ini memungkinkan prediksi kekurangan guru di bidang tertentu dan mempermudah pemerintah dalam merencanakan kebutuhan guru di masa depan.
“Selain itu, infrastruktur sekolah, seperti ruang kelas dan laboratorium, juga bisa direncanakan lebih matang sesuai dengan kebutuhan masing-masing jurusan,” tambah Ki Darmaningtyas.
Keuntungan lain yang tak kalah penting adalah kesiapan siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Penjurusan memberikan dasar yang lebih kuat bagi siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jurusan tertentu, seperti teknik, farmasi, atau hukum, karena mereka telah mempelajari mata pelajaran yang relevan sejak SMA.
Ki Darmaningtyas juga mencatat bahwa penjurusan memiliki sisi negatif sosial. Salah satu masalah yang masih ada adalah persepsi bahwa jurusan IPA dianggap lebih unggul dibandingkan jurusan lainnya. Meskipun hal ini mulai terkikis, stigma tersebut masih ada di masyarakat.
“Sebenarnya, profesi yang berkembang pesat kini banyak didominasi oleh mereka yang berasal dari jurusan sosial humaniora, jadi persepsi ini lama-lama akan menghilang,” jelasnya.
Menentukan waktu yang tepat untuk melakukan penjurusan juga menjadi hal penting. Menurut Ki Darmaningtyas, penjurusan bisa dilakukan pada semester kedua di kelas X, saat siswa sudah mengenal semua mata pelajaran dasar. Namun, penjurusan juga bisa diterapkan pada awal kelas XI, setelah siswa cukup waktu untuk mengidentifikasi minat dan bakat mereka, dengan bimbingan yang intens dari guru dan orang tua.