- Oleh Wahyu Sudoyo
- Senin, 16 Desember 2024 | 16:04 WIB
: Gerakan kampanye “It’s Our Time”, Kemenkes ajak remaja vegah dan kendalikan HIV/Aids/Foto: Kemenkes
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama dukungan USAID EpiC meluncurkan gerakan kampanye yang mengajak generasi muda untuk berperan aktif dalam pencegahan dan pengendalian penyakit HIV/AIDS di Indonesia.
Gerakan kampanye yang diberi nama “It’s Our Time” ini diluncurkan di Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat pada Minggu (15/12/2024).
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi menjelaskan, gerakan “It’s Our Time” hadir sebagai respons terhadap tingginya angka penularan HIV/AIDS di kalangan remaja, yang merupakan kelompok usia rentan.
“Kalau mau ending (mengakhiri) AIDS, maka kita maunya tidak ada kasus baru. Tapi karena anak-anak muda kita ternyata kasus barunya banyak, ya, kita mau menjaga supaya jangan sampai anak-anak muda kita terinfeksi virus HIV,” kata Endang.
Berdasarkan data 2024, tercatat sekitar 27 ribu kasus baru HIV per tahun. Kelompok remaja dan anak muda berkontribusi hampir 50 persen dari infeksi baru tersebut.
Oleh karena itu, Endang mengatakan kelompok remaja dan anak muda perlu menjadi prioritas agar pencegahan dan pengendalian HIV dilakukan secara komprehensif dan optimal.
Kemenkes dengan dukungan USAID EpiC, memandang konsentrasi program penanggulangan HIV yang terfokus kepada kelompok usia muda sangat strategis. Sebab, kelompok ini memiliki peranan penting dalam mencapai Indonesia Emas 2045.
Melalui gerakan ini, Kemenkes dan USAID EpiC akan melibatkan kelompok remaja dan anak muda berusia 15-24 tahun untuk berani mengambil peran aktif serta melakukan aksi pencegahan dan penanggulangan HIV melalui pendekatan sebaya dan pendekatan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
“Ini saatnya kita untuk mengambil tindakan nyata dan berani melindungi diri dari HIV/AIDS,” kata Endang.
Gerakan “It’s Our Time” juga akan memanfaatkan platform media sosial untuk menormalisasi percakapan tentang kesehatan seksual serta menyebarkan pesan tentang kesehatan, ketahanan, dan keterlibatan aktif anak muda dalam pencegahan HIV.
“Youth (anak muda) punya hak bersuara untuk berpartisipasi. Jadi jangan selalu merasa menjadi penerima layanan saja, tapi juga bisa memberikan aspirasinya kepada puskesmas di tempatnya, apa yang diinginkan dan dibutuhkan,” kata Endang.
Untuk mendukung gerakan ini, Endang meminta kepada dinas kesehatan di wilayah untuk memperkuat dan meningkatkan klaster 2, yaitu klaster yang bertanggung jawab pada remaja di puskesmas.
Hal ini agar pelayanan kesehatan yang diberikan menjadi lebih ramah dan sesuai dengan kebutuhan remaja.
“Tolong klaster 2 kita diperkuat, bagian remajanya supaya lebih ramah, tidak gampang marah. Dan kalau ada komunikasi yang tidak nyambung antara remaja dan tenaga kesehatan, bisa diperbaiki,” kata Endang.
Lewat gerakan ini, dia berharap remaja dapat lebih terbuka dalam berdiskusi tentang HIV/AIDS, mengurangi stigma, dan berkontribusi dalam upaya pengendalian HIV di Indonesia.