- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Senin, 18 November 2024 | 09:45 WIB
: Menteri Agama, Prof Nasaruddin Umar saat memberikan sambutanya dalam acara pembukaan Konferensi Internasional Humanitarian Islam yang diselenggarakan di Gedung Balairung Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat pada Selasa (5/11/2024)
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Selasa, 5 November 2024 | 18:13 WIB - Redaktur: Untung S - 249
Jakarta, InfoPublik – Pemerintah Indonesia, bersama dengan organisasi keagamaan Islam seperti Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), berkomitmen untuk menebar perdamaian dunia demi menciptakan kehidupan yang rukun, damai, dan inklusif di tengah perbedaan.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar saat membacakan pidato Presiden Prabowo Subianto dalam pembukaan Konferensi Internasional Humanitarian Islam yang diselenggarakan di Gedung Balairung Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, pada Selasa (5/11/2024).
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyatakan bahwa melalui forum konferensi tingkat global itu, diharapkan Indonesia, dengan lebih dari 270 juta penduduk yang terdiri dari berbagai keberagaman, dapat menerapkan kehidupan yang harmonis dan saling menghargai perbedaan.
“Indonesia adalah bagian penting dari perdamaian dunia. Semoga kita terus konsisten menjaga dan menebar perdamaian. Hadirin yang berbahagia, Indonesia adalah negara yang diberkahi dengan aneka keragaman, tempat di mana lebih dari 270 juta penduduknya hidup berdampingan dalam harmoni, saling menghormati perbedaan agama, budaya, dan etnis,” ujar Menag Nasaruddin mengutip Presiden.
Dalam kesempatan tersebut, Menag menekankan bahwa harmonisasi kehidupan di Indonesia tak dapat lepas dari dasar negara, yaitu Pancasila. Ia mengajak masyarakat untuk selalu menjaga warisan para pendiri bangsa yang telah merumuskan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga dapat menciptakan kehidupan yang rukun meskipun banyak perbedaan.
“Nilai-nilai Humanitarian Islam adalah jangkar yang telah merajut kebahagiaan keberagamaan di Indonesia menjadi harmoni yang begitu indah. Pancasila sebagai dasar negara merupakan titik temu yang menyatukan prinsip-prinsip Islam dengan semangat kebangsaan yang inklusif dan humanis. Inilah nilai-nilai yang telah diwariskan para pendiri bangsa untuk kita jaga dan lanjutkan,” kata Nasaruddin Umar.
Ia juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kekuatan untuk menggabungkan keimanan dengan semangat persaudaraan, menunjukkan bahwa Islam dapat berkembang dan menyebarkan pesan perdamaian dalam kerangka kebinekaan. Oleh karena itu, Indonesia sangat tepat untuk memperkenalkan Pancasila kepada dunia sebagai manifestasi dari Humanitarian Islam.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, menjelaskan bahwa Humanitarian Islam merupakan pesan dari Allah untuk dipahami oleh umat manusia, sehingga dapat tertanam dengan kuat dalam kehidupan bermasyarakat yang harmonis. “Humanitarian Islam itu bukan gagasan baru, bukan sesuatu yang baru. Sebab, Humanitarian Islam itu sendiri harus dipahami sebagai hal yang inheren dalam pesan ilahi yang dibawakan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam,” ujar Ketum PBNU.
Sebagai informasi, acara Konferensi Internasional Humanitarian Islam atau Muktamar al-Dawli al-Islam Lil Insaniyah ini diinisiasi oleh PBNU bersama Universitas Indonesia (UI) dan Centre for Shared Civilizational Values (CSCV). Acara tersebut dihadiri oleh 20 Kyai dari Depok, termasuk Rois Syuriyah KH Ahmad Damanhuri, Wakil Rois Syuriyah KH Abdul Mujib, serta jajaran Syuriyah dan Tanfidziyah PCNU Depok, dan pengurus PC Fatayat NU Kota Depok.