Kementerian Kesehatan: Klaim Pandemi COVID-19 Rekayasa Adalah Informasi Palsu

: Ilustrasi/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Rabu, 23 Oktober 2024 | 09:46 WIB - Redaktur: Untung S - 416


Jakarta, InfoPublik – Klaim mengenai pandemi COVID-19 yang masih beredar di media sosial sebagai rekayasa kembali menjadi sorotan publik. Beberapa narasi bahkan menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 tidak ada.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril dalam keterangan resminya pada Selasa (22/10/2024) menjelaskan bahwa narasi tersebut adalah informasi yang tidak benar.

“Tidak benar dan tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut. Pandemi COVID-19 ini merupakan masalah internasional, bukan hanya masalah Indonesia,” kata Syahril.

Ia menekankan hal penting yang harus disyukuri saat ini adalah bahwa Indonesia telah berhasil menangani pandemi COVID-19. Pemerintah, bersama para pemangku kepentingan (stakeholder) dan seluruh elemen masyarakat, bekerja sama untuk mengendalikan COVID-19 sehingga kasusnya turun dan terkendali.

Syahril menegaskan bahwa status darurat kesehatan global untuk COVID-19 telah dicabut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pandemi secara resmi dinyatakan berakhir.

“Sudah tidak ada waktu lagi untuk mengatakan bahwa pandemi COVID-19 adalah sesuatu yang direkayasa. Kita telah melewati masa pandemi, dan alhamdulillah, kita bisa menyelesaikannya dengan baik,” ujar Syahril.

Berdasarkan data WHO, lebih dari 760 juta kasus dan 6,9 juta kematian akibat COVID-19 telah tercatat di seluruh dunia sejak Desember 2019. Lebih dari 13 miliar dosis vaksin COVID-19 telah diberikan hingga Juni 2023.

Laporan World Health Statistics 2024: Monitoring Health for the SDGs yang diterbitkan WHO pada 24 Mei 2024 mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 memengaruhi tren harapan hidup saat lahir dan harapan hidup sehat saat lahir.

Harapan hidup global menurun, kembali ke tingkat jauh sebelum pandemi terjadi. Pandemi COVID-19 menghapus kemajuan yang telah dicapai dalam meningkatkan harapan hidup selama hampir satu dekade hanya dalam dua tahun.

Antara 2019 dan 2021, harapan hidup global turun 1,8 tahun menjadi 71,4 tahun, kembali ke angka yang sama pada 2012. Demikian pula, harapan hidup sehat global turun 1,5 tahun menjadi 61,9 tahun pada 2021, juga kembali ke angka pada 2012.

Laporan WHO pada 2024 juga menyoroti dampak pandemi COVID-19 yang dirasakan di seluruh dunia. Wilayah Amerika dan Asia Tenggara mengalami dampak paling parah, dengan harapan hidup menurun sekitar 3 tahun dan harapan hidup sehat turun 2,5 tahun antara 2019 dan 2021.

Sementara itu, wilayah Pasifik Barat terdampak selama dua tahun pertama pandemi, dengan penurunan harapan hidup kurang dari 0,1 tahun dan harapan hidup sehat sebesar 0,2 tahun.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Jumat, 22 November 2024 | 09:48 WIB
Kemenkes Minta Perkuat Pengawasan pada Distribusi Antibiotik
  • Oleh Putri
  • Kamis, 21 November 2024 | 15:39 WIB
Pemerintah Fokus Percepat Penanganan Dampak Erupsi Gunung Lewotobi