SATUSEHAT Logistik: Inovasi Digital Pemantauan Vaksin dan Obat di Fasilitas Kesehatan

: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan pada acara soft launching SATUSEHAT Logistik/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Sabtu, 19 Oktober 2024 | 06:32 WIB - Redaktur: Untung S - 175


Jakarta, InfoPublik - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa dengan adanya komponen SATUSEHAT Logistik dalam aplikasi SATUSEHAT, proses pemantauan ketersediaan vaksin di setiap fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) akan menjadi lebih mudah dan terintegrasi. Pernyataan ini disampaikan dalam acara soft launching SATUSEHAT Logistik, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam distribusi vaksin di seluruh Indonesia.

“Namun demikian, saya ingin cakupan SATUSEHAT Logistik ini tidak hanya terbatas pada vaksin. Pengembangannya juga harus mencakup pemantauan obat-obatan,” kata Menkes Budi, sebagaimana dikutip InfoPublik pada Jumat (18/10/2024).

Budi menjelaskan bahwa terdapat tiga fokus utama dalam pengembangan layanan platform SATUSEHAT: digitalisasi, integrasi platform, dan orientasi kepada pasien. Fokus pertama adalah mendigitalisasi seluruh aktivitas layanan kesehatan, memastikan semua data dan proses terdokumentasi secara elektronik. Kedua, semua layanan harus terintegrasi dalam satu platform yang telah disepakati dengan nama SATUSEHAT. Ketiga, seluruh layanan harus berorientasi pada kebutuhan pasien, memastikan pelayanan yang lebih cepat, tepat, dan efisien.

Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan, Rizka Andalusia, menyatakan bahwa pemantauan obat-obatan yang diinginkan Menkes Budi tengah dikembangkan melalui Sistem Monitoring dan Inventaris Logistik Kesehatan Elektronik (SMILE). Sistem itu, yang menjadi bagian dari SATUSEHAT Logistik, bertujuan untuk memastikan ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan secara transparan dan tepat waktu.

“SMILE diharapkan dapat membantu tenaga medis dan tenaga kesehatan dalam mengelola inventaris dengan lebih optimal. Sistem ini menjamin penanganan data yang transparan dan terintegrasi sehingga pasokan dan permintaan di fasyankes dapat diselaraskan dengan lebih baik,” ujar Rizka.

SATUSEHAT Logistik lahir dari kondisi terfragmentasinya sistem pencatatan dan pelaporan data terkait obat-obatan dan alat kesehatan. Hal ini menyulitkan pemantauan, baik di tingkat daerah maupun nasional, terutama mengingat perbedaan kebutuhan kesehatan di berbagai wilayah di Indonesia.

SMILE, yang dikembangkan melalui kolaborasi antara Kemenkes, UNDP, dan Gavi, terbukti efektif selama pandemi COVID-19 dalam memantau rantai pasok vaksin COVID-19. Resident Representative of UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura, menyatakan bahwa dengan mengadopsi sistem yang ada pada SMILE, SATUSEHAT Logistik diharapkan dapat memperluas cakupan monitoring distribusi vaksin dan obat-obatan.

“SMILE memungkinkan pelacakan digital distribusi vaksin mulai dari tingkat provinsi hingga puskesmas. Sistem ini membantu mencegah kekurangan dan kelebihan stok vaksin di lapangan,” jelas Norimasa.

Selama pandemi COVID-19, Kemenkes, bersama dengan UNDP Indonesia dan Gavi, berhasil mengelola pengiriman 450 juta dosis vaksin kepada setidaknya 185 juta orang hanya dalam satu tahun. Saat ini, SMILE digunakan untuk mengelola lebih dari 800 juta dosis vaksin dan 100 juta dosis obat di 10.000 fasilitas kesehatan yang tersebar di 38 provinsi.

Fungsi SMILE juga telah diperluas untuk mencakup berbagai komoditas kesehatan lainnya, termasuk imunisasi rutin, tuberkulosis, malaria, HIV, rabies, dan bahkan pengelolaan limbah medis.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Jumat, 22 November 2024 | 09:48 WIB
Kemenkes Minta Perkuat Pengawasan pada Distribusi Antibiotik
  • Oleh Putri
  • Kamis, 21 November 2024 | 15:39 WIB
Pemerintah Fokus Percepat Penanganan Dampak Erupsi Gunung Lewotobi