Jagalah Kesehatan Mata sejak Dini untuk Investasi Masa Depan

: Seorang perempuan sedang melakukan pemeriksaan mata/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Senin, 14 Oktober 2024 | 17:50 WIB - Redaktur: Untung S - 79


Jakarta, InfoPublik - Menurut data International Agency for the Prevention of Blindness pada 2021, sekitar 165 juta anak di seluruh dunia mengalami rabun jauh. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjadi 275 juta anak pada 2050.

Di Indonesia, sebanyak 3,6 juta anak mengalami kelainan refraksi, dan jumlah ini berpotensi terus meningkat. Diperkirakan 3 dari 4 anak dengan kelainan refraksi belum mendapatkan koreksi dengan kacamata.

Wakil Menteri Kesehatan Dante Harbuwono pada peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2024 di Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan menjaga kesehatan mata sejak dini adalah investasi masa depan. Melalui penglihatan, anak-anak mulai belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

“Adanya gangguan penglihatan dapat berdampak pada perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak-anak kita,” kata Dante melalui keterangan resmi yang dikutip InfoPublik Senin (14/10/2024).

Lanjutnya, ia juga mengajak masyarakat untuk menjaga penglihatan generasi masa depan menuju Indonesia Emas 2045 dengan melakukan pencegahan dan deteksi dini agar bisa ditindaklanjuti segera.

"Hal ini agar tidak terjadi keterlambatan penanganan yang dapat memperberat kondisi atau mengakibatkan kebutaan," kata Dante.

Sekretaris Daerah NTB Lalu Gita Ariadi di NTB mengatakan kasus katarak kurang lebih 37.500-an kasus 29.300-an diantaranya katarak. Data pada 2020 disampaikan juga bahwa 15,81 persen terjadi kasus refraksi penglihatan pada anak.

"Daerah Lombok Barat dari survei-survei spontan yang dilakukan terhadap 400 anak, terdapat 25 persen mengalami gangguan penglihatan," kata Lalu.

Berdasarkan data Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB), prevalensi kebutaan di NTB berada pada peringkat kedua nasional sebesar 4,4 persen, dengan sekitar 78,1 persen kebutaan disebabkan oleh katarak.

Lebih lanjut, Ariadi mengatakan angka 25 persen gangguan penglihatan pada anak ini dapat terus meningkat. Karena itu, upaya pencegahan perlu dilakukan untuk menghindari potensi sebagai kontributor ancaman kebutaan.

Deteksi dini pada anak juga telah dilaksanakan di 13 sekolah yang ada di Kabupaten Lombok, Provinsi NTB. Sebanyak 496 anak melakukan pemeriksaan tersebut dan 112 di antaranya positif mengalami kelainan refraksi.

Kemenkes melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) melaksanakan kegiatan puncak Peringatan Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day (WSD) dengan tema nasional “Sayangi Mata Anak Kita” Kota Mataram, Provinsi NTB, pada Kamis (10/10/2024).

Hari Penglihatan Sedunia menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan penglihatan. Untuk itu, Kemenkes mengajak semua pihak untuk memperhatikan kesehatan mata, khususnya bagi anak-anak, demi generasi masa depan.

Terdapat langkah pencegahan sederhana yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan penglihatan, yaitu metode 20-20-20.

Setiap kali melakukan aktivitas yang melibatkan penglihatan intens, setelah 20 menit, istirahatkan mata selama 20 detik dan pandanglah objek yang berjarak 20 kaki atau sekitar 6 meter.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Minggu, 13 Oktober 2024 | 07:30 WIB
Kemenkes Luncurkan Peta Jalan Eliminasi Malaria
  • Oleh Putri
  • Minggu, 13 Oktober 2024 | 07:00 WIB
Museum Nasional Indonesia Kembali Dibuka
  • Oleh Putri
  • Minggu, 13 Oktober 2024 | 06:25 WIB
Transformasi SDM Kesehatan, Kemenkes Benahi Pendidikan Kedokteran
  • Oleh Putri
  • Minggu, 13 Oktober 2024 | 06:16 WIB
Siklus PMK Dorong Pemajuan SDM Unggul
  • Oleh Putri
  • Minggu, 13 Oktober 2024 | 06:00 WIB
Kemenko PMK Apresiasi Kegiatan Hari Guru di Bangkalan