- Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT
- Kamis, 19 Desember 2024 | 18:35 WIB
: Peneliti dari College of Science and Engineering, James Cook University, Australia, Putu Liza Kusuma Mustika pada acara Media Lounge Discussion (MELODI) secara online, Rabu (24/9/2024)/ foto: Screnshot Virtual zoom pada acara Melodi BRIN
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Rabu, 25 September 2024 | 16:37 WIB - Redaktur: Untung S - 485
Jakarta, InfoPublik – Puluhan paus pemandu sirip pendek terdampar di perairan Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa pekan lalu. Fenomena itu menarik perhatian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang menjelaskan kemungkinan penyebab ilmiahnya dalam acara Media Lounge Discussion (MELODI) secara online, Rabu (25/9/2024).
Peneliti dari James Cook University, Australia, Putu Liza Kusuma Mustika (Icha), memaparkan bahwa fenomena terdamparnya paus bisa disebabkan oleh faktor alamiah dan antropogenik. Menurut Icha, paus sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, termasuk penggunaan sonar, pencemaran air, dan kontaminasi sampah laut.
"Paus menggunakan sonar untuk navigasi, dan penggunaan perangkat sonar bawah laut, seperti dalam eksplorasi migas, dapat mengganggu sistem navigasi mereka," jelas Icha. Selain itu, menurunnya kualitas air dan banyaknya sampah plastik juga mengancam kehidupan mamalia laut itu, termasuk badai matahari yang dapat menyebabkan gangguan elektromagnetik di kutub-kutub bumi.
Kejadian paus terdampar perlu penanganan serius mengingat paus merupakan spesies yang dilindungi. Icha menekankan pentingnya tindakan cepat seperti mengembalikan paus yang masih hidup ke laut, atau mengubur paus yang sudah mati melalui prosedur nekropsi untuk menyelidiki penyebab kematian mereka.
Riset BRIN tentang Pola Paus Terdampar
Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Oseanografi BRIN, Achmad Sahri, menjelaskan bahwa BRIN telah bekerja sama dengan James Cook University dan peneliti internasional lainnya untuk memahami lebih lanjut pola terdamparnya mamalia laut di Indonesia.
"Data 26 tahun dari 1995 hingga 2021 menunjukkan bahwa paus pemandu sirip pendek termasuk spesies yang sering terdampar di Indonesia," ujar Sahri. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam menyelamatkan biota laut yang terdampar dan meningkatkan pemahaman terkait perilaku paus.
BRIN dan para peneliti mengimbau masyarakat untuk melaporkan kejadian paus terdampar kepada pihak berwenang dan tidak melakukan tindakan yang membahayakan, seperti menaiki tubuh paus. Masyarakat juga diharapkan berperan dalam melestarikan ekosistem laut untuk mencegah terjadinya kejadian serupa di masa depan.
BRIN terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait fenomena paus terdampar ini. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan solusi pencegahan yang lebih efektif dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut.