Kemenkes: Vaksin Monkeypox hanya untuk Kelompok Berisiko Tinggi di Indonesia

: Ilustrasi diberikan suntikan vaksinasi/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Rabu, 28 Agustus 2024 | 21:17 WIB - Redaktur: Untung S - 366


Jakarta, InfoPublik - Pemberian vaksin Monkeypox (Mpox) di Indonesia difokuskan hanya untuk kelompok berisiko tinggi sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait vaksin cacar dan Mpox. Kelompok berisiko tinggi tersebut termasuk Lelaki Berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL), Gay, Biseksual, dan Pria-yang-berhubungan-seks-dengan-pria lainnya (GBMSM).

Selain itu, individu yang melakukan kontak dengan penderita Mpox dalam dua minggu terakhir juga termasuk dalam kelompok berisiko. Petugas laboratorium yang memeriksa spesimen virologi serta petugas kesehatan yang menangani kasus Mpox juga menjadi prioritas penerima vaksin untuk melindungi diri dari infeksi virus ini.

"Terutama di daerah yang ada kasus Mpox, dan petugas kesehatan yang melakukan penanganan kasus Mpox untuk memberi perlindungan dari tertularnya infeksi virus Mpox," ujar Prima Yosephine, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, pada Rabu (28/8/2024).

Sementara itu, anak-anak tidak termasuk dalam kelompok sasaran vaksinasi Mpox di Indonesia. Vaksinasi ini bersifat pencegahan, yang bertujuan untuk mencegah munculnya gejala atau meminimalkan keparahan penyakit bagi mereka yang berisiko tinggi.

Salah satu kriteria penerima vaksin Mpox adalah individu yang pernah melakukan kontak dengan penderita Mpox, yang dikenal dengan istilah vaksinasi post-exposure. Prima menegaskan bahwa orang yang pernah melakukan kontak belum tentu terinfeksi, sehingga vaksinasi ini tetap bersifat pencegahan. Sedangkan bagi pasien yang sudah terinfeksi, pengobatan yang sesuai akan diberikan.

Berdasarkan "Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Mpox" yang diterbitkan oleh Kemenkes RI pada 2023, pemberian vaksinasi Mpox dalam situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC) masih bersifat sebagai tambahan terhadap langkah pencegahan utama seperti surveilans, pelacakan kontak, isolasi, dan perawatan pasien.

Untuk saat ini, pemberian vaksinasi Mpox secara massal tidak direkomendasikan. Prima Yosephine menyebutkan bahwa jenis vaksin yang digunakan di Indonesia adalah Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN), yang merupakan vaksin turunan cacar generasi ketiga yang bersifat non-replicating.

"MVA-BN sudah mendapat rekomendasi WHO untuk digunakan saat wabah Mpox," tambah Prima.

Vaksin Mpox memberikan perlindungan pada tingkat tertentu terhadap infeksi dan penyakit berat. Namun, setelah divaksinasi, kewaspadaan tetap diperlukan karena pembentukan kekebalan membutuhkan waktu beberapa minggu.

WHO juga menekankan bahwa bagi seseorang yang tertular Mpox setelah vaksinasi, vaksin tersebut tetap memberikan perlindungan terhadap penyakit berat dan mengurangi kemungkinan kebutuhan akan rawat inap. Hasil penelitian efektivitas vaksin menunjukkan bahwa vaksinasi memberikan tingkat perlindungan yang baik terhadap Mpox.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Jumat, 20 September 2024 | 17:11 WIB
Satu Dekade JKN: KPK Tegaskan Pentingnya Tata Kelola Akuntabel untuk Cegah Fraud
  • Oleh Putri
  • Jumat, 20 September 2024 | 06:00 WIB
Cegah Bunuh Diri, Kemenkes Ajak Remaja Bicara soal Kesehatan Mental
  • Oleh Putri
  • Kamis, 19 September 2024 | 21:47 WIB
Pentingnya Meningkatkan Ketepatan Diagnosis demi Keselamatan Pasien
  • Oleh Putri
  • Kamis, 19 September 2024 | 21:46 WIB
Kemenkes Imbau Masyarakat Bijak Konsumsi Antibiotik