- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Jumat, 22 November 2024 | 19:16 WIB
: Direktorat Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (Dit. KMA), di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menyelenggarakan Sarasehan Nasional Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada 19 s.d. 22 Agustus 2024 di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Dok Kemendikbudristek)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Rabu, 21 Agustus 2024 | 19:03 WIB - Redaktur: Untung S - 254
Jakarta, InfoPublik - Sebagai upaya untuk merajut persatuan dan memperkuat kesetaraan dalam bingkai keberagaman, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (Dit. KMA) di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menyelenggarakan Sarasehan Nasional Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada 19-22 Agustus 2024 di Surabaya, Jawa Timur.
Menurut keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Rabu (21/8/2024), Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menyampaikan bahwa Sarasehan Nasional ini merupakan momen istimewa untuk merumuskan langkah strategis dalam menghadapi tantangan ke depan, baik sebagai individu maupun komunitas. "Para penghayat memiliki nilai-nilai luhur yang diyakini untuk kebaikan seluruh masyarakat. Nilai yang dapat menjadi jawaban dari berbagai tantangan dalam menjaga ketahanan sosial secara global. Ajarannya dapat memberikan kontribusi nyata untuk mewujudkan ketahanan budaya, sosial, dan lingkungan," ungkap Hilmar.
Kegiatan Sarasehan Nasional ini juga diharapkan mampu memperkuat jaringan kerja sama antara penghayat kepercayaan di seluruh Indonesia, sehingga mereka dapat saling mendukung dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada serta bersama-sama membangun bangsa yang lebih kokoh dan harmonis. "Sarasehan ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas, meneguhkan identitas, dan berkontribusi lebih besar bagi kemajuan bangsa dan negara," tambah Hilmar.
Sarasehan Nasional itu dihadiri oleh 275 peserta yang berasal dari berbagai latar belakang, termasuk organisasi Penghayat Kepercayaan, Generasi Muda Penghayat Kepercayaan (Gema Pakti), Perempuan Penghayat Kepercayaan (Puan Hayati), kementerian/lembaga terkait, organisasi masyarakat sipil, serta perguruan tinggi. Mereka berkumpul untuk mendiskusikan peran strategis penghayat kepercayaan dalam mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Dengan tema "Transformasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk Meningkatkan Ketahanan Sosial, Budaya, dan Ekologi secara Berkelanjutan", kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan layanan pemenuhan hak penghayat kepercayaan serta memperkuat komitmen para penghayat dalam upaya menjaga dan mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME, Sjamsul Hadi, menekankan pentingnya acara ini sebagai wadah untuk membangun dialog konstruktif antara para penghayat kepercayaan dan pemerintah. Pemerintah telah berupaya keras memastikan hak-hak penghayat kepercayaan diakui dan dihormati melalui serangkaian program dan kebijakan. Namun, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana para penghayat dapat mengimplementasikan regulasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memanfaatkan sepenuhnya layanan yang telah disediakan.
"Penghayat kepercayaan memiliki peran penting dalam menjaga keberagaman Indonesia. Mereka tidak hanya berdampingan dengan beragam tantangan yang kini dihadapi, seperti perkembangan teknologi, urbanisasi, serta perubahan lingkungan, tetapi juga harus mampu mandiri dan memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup," ujar Sjamsul.
Sjamsul juga menambahkan bahwa Sarasehan Nasional ini tidak hanya menjadi ajang untuk bertukar pikiran, tetapi juga momentum penting untuk merumuskan langkah-langkah strategis yang dapat diambil oleh para penghayat dan pemerintah dalam menghadapi tantangan ke depan. Peran penghayat kepercayaan dalam pembangunan nasional harus terus didorong dan diperkuat, terutama dalam konteks ketahanan sosial, budaya, dan ekologi.
Melalui kegiatan ini, pemerintah dan para penghayat kepercayaan diharapkan dapat menyepakati rencana aksi yang konkret dan berkesinambungan. Rencana aksi ini nantinya akan menjadi panduan bagi para penghayat dalam berkontribusi aktif pada pembangunan nasional yang berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisi mereka dalam masyarakat yang semakin plural dan dinamis.
Dengan semangat persatuan dan gotong royong, Sarasehan Nasional ini menjadi wujud nyata dari komitmen bangsa Indonesia untuk terus maju dan berkembang tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur yang menjadi dasar berdirinya negara ini. Penghayat Kepercayaan diharapkan dapat menjadi pilar penting dalam mewujudkan Nusantara Baru yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.