- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Rabu, 13 November 2024 | 16:22 WIB
: Menaker Ida Fauziyah dalam kegiatan G20 Brazil di Fortaleza, Brazil pada Jumat (26/7/2024)/Foto : Biro Humas Kemnaker
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Sabtu, 27 Juli 2024 | 18:13 WIB - Redaktur: Untung S - 500
Jakarta, InfoPublik - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyatakan bahwa kondisi ketenagakerjaan di Indonesia pada 2024 terus mengalami perbaikan.
Hal itu terlihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,82 persen pada Februari 2024, yang mengalami penurunan sebesar 0,63 persen dibandingkan Februari 2023 sebesar 5,45 persen.
"Namun demikian, tentunya angka ini harus terus kita turunkan dengan berbagai upaya yang terukur dan terarah," kata Ida Fauziyah dalam kegiatan G20 Brazil di Fortaleza, Brazil pada Jumat (26/7/2024) waktu setempat.
Dalam keterangan yang diterima InfoPublik pada Sabtu (27/7/2024) Ida menyampaikan bahwa ada beberapa penyebab TPT relatif masih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN.
Penyebab yang pertama yaitu dengan jumlah penduduk mencapai 281,6 juta penduduk, Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar di ASEAN. Selain itu, terdapat angkatan kerja baru sekitar 3 hingga 3.5 juta tiap tahunnya.
Yang kedua yaitu masih adanya missmatch ketenagakerjaan yang mengakibatkan tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia masih di bawah rata-rata ASEAN.
"Hal ini juga berdampak pada kondisi Pasar kerja, di mana sebenarnya tersedia lapangan kerja, baik dalam maupun luar negeri, namun masih belum bisa kita manfaatkan secara optimal karena masih ada gap kompetensi calon pekerja dan lowongan pekerjaan yang ada," sebut Ida Fauziyah.
Penyebab ketiga adalah saat ini Indonesia tengah menciptakan lapangan kerja yang berkualitas. Hal ini agar para pekerja/buruh mendapatkan pekerjaan yang layak.
Ida menuturkan hal ini menjadi penting agar Indonesia dapat segera rebound akibat dampak pandemi COVID-19 pada berbagai sektor ekonomi di Indonesia, terutama pariwisata, manufaktur, dan jasa.
"Oleh karena itu, penciptaan lapangan kerja formal terus kita tingkatkan. Kita tidak ingin seperti Filipina di mana angka pengangguran relatif rendah namun tingkat kemiskinan justru lebih tinggi," tutur Menaker.
Penyebab terakhir adalah adanya perlambatan ekonomi global yang turut mempengaruhi permintaan ekspor Indonesia, sehingga berdampak pada industri manufaktur dan sektor-sektor lainnya yang bergantung pada perdagangan internasional.
Menaker menambahkan bahwa Indonesia pun terus melakukan berbagai langkah perbaikan kondisi ketenagakerjaan untuk menekan TPT. Upaya yang dilakukan yaitu meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan.
Hal ini dilakukan dengan reformasi kurikulum pendidikan agar sesuai dengan kebutuhan industri modern, terutama dalam bidang teknologi dan keterampilan vokasional.
Upaya selanjutnya adalah mendorong investasi dengan cara mempermudah proses perizinan usaha dan investasi asing. Tujuannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga mendukung sektor informal agar bisa bertransformasi menjadi usaha formal.
"Hal ini karena banyak pekerja di Indonesia berada di sektor informal, yang sering kali tidak tercatat secara resmi dan kurang stabil. Sehingga meskipun tidak menganggur, namun kehidupannya relatif kurang baik," ucap Menaker Ida Fauziyah.
Indonesia juga mendorong peningkatan sektor-sektor unggulan seperti ekosistem startup dan inovasi dapat menjadi motor penggerak penciptaan lapangan kerja baru.
"Selain itu kita juga terus meningkatkan Produktivitas Pertanian. Sektor pertanian juga perlu di modernisasi dengan mengadopsi teknologi canggih untuk meningkatkan produktivitas. Lalu juga mendorong pariwisata dan ekonomi kreatif," terang Ida Fauziyah.
Upaya terakhir yang dilakukan Indonesia adalah membangun ekosistem sistem informasi pasar kerja nasional untuk mendorong dunia pendidikan berbasis demand, serta memotong waktu pencarian kerja oleh pengangguran yang berstatus sedang mencari kerja