: Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfoi), Usman Kansong (berbaju putih) saat menyaksikan pameran bersama
Oleh Taofiq Rauf, Senin, 22 Juli 2024 | 20:22 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 506
Surakarta, InfoPublik - Monumen Pers Nasional menggelar pameran bersama dengan beberapa museum di Indonesia bertajuk "Keberagaman Koleksi Museum Nusantara" sebagai upaya menjaga dan memperkenalkan keberadaan benda-benda bersejarah. Museum-museum tersebut di antaranya Museum BPK RI, Museum Biologi, Museum Bank Mandiri, Museum Deli Serdang, Museum Neka Art Bali, Museum Penerangan, Museum Radya Pustaka, Museum Rumah Budaya Kratonan, Museum Kretek Kudus, Museum Sangiran, Museum Ranggawarsita, Museum Sandi, Museum Akpol, Museum Geologi, Museum Bank Indonesia.
“Kami berharap kolaborasi ini dapat berjalan terus ke depannya,” ucap Kepala Monumen Pers Nasional Widodo Hastjaryo di Surakarta, Senin (22/7/2024).
Pameran yang turut disaksikan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfoi), Usman Kansong tersebut juga melibatkan sembilan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Indonesia dikatakan Widodo adalah negara kesatuan yang penuh dengan keberagaman. Indonesia terdiri atas beranekaragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama, dan kepercayaan, dan yang lainnya.
“Indonesia juga mampu menyatukan berbagai keberagaman itu. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki sejarah yang sangat kaya dan beragam. Keberagaman ini bukan hanya terlihat dalam aspek budaya, tetapi juga dalam sejarah panjang yang membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” katanya sembari megatakan pameran akan berlangsung 22 hingga 26 Juli 2024.
Indonesia dikenal memiliki keragaman aset budaya dan tradisi yang sangat menarik serta bervariasi. Maka tantangan museum kedepannya, ujar Widodo, sangat besar, terutama di era disrupsi. Hal ini menjadikan museum sebagai media yang universal untuk pelestarian warisan budaya, wahana pembelajaran masyarakat, serta objek wisata yang edukatif, perlu didorong agar menjadi dinamis dan adaptif sehingga dapat melayani masyarakat dengan memadai terutama di era museum 4.0.
“Dengan adanya kegiatan pameran bersama Museum ini, diharapkan dapat mengubah citra dan “wajah” museum Indonesia menjadi lebih menarik dan lebih prima sehingga masyarakat mendapatkan edukasi dan pembelajaran Iebih dalam tentang sejarah dan budaya Indonesia. Semoga rangkaian kegiatan ini, dapat meningkatkan literasi dan menumbuhkan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum,” ujar Widodo.
Monumen Pers Nasional sebagai museum dibawah Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, melaksanakan tugas yang berkaitan dengan pelayanan dan informasi kepada seluruh masyarakat di lingkungan wilayah Surakarta dan sekitarnya. Untuk melaksanakan tugas ini dibutuhkan dukungan dan kerjasama sinergis dengan berbagai stakeholder permuseuman.
“Kami berharap dan mengajak masyarakat umum, warga Solo khususnya, hingga 5 hari ke depan untuk bisa melihat keberagaman koleksi museum se-nusantara yang berlangsung di Monumen Pers Nasional ini. Kami juga berharap, dukungan dari berbagai pihak, untuk turut mempromosikan event ini. Harapannya, pameran turut mendukung pariwisata Kota Surakarta dan UMKM lokal,” ujar Widodo.
Sekilas Monumen Pers Nasional
Monumen Pers Nasional merupakan museum sejarah yang berada dibawah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI yang berlokasi di kota Surakarta, Jawa Tengah. Koleksi utama museum ini antara lain dokumentasi koran dan majalah nasional yang terbit sebelum masa kemerdekaan maupun koran daerah terkini dari berbagai wilayah Indonesia. Selain itu, Monumen Pers Nasional juga menampilkan alur cerita mengenai sejarah perkembangan pers nasional berikut benda-benda koleksi yang bernilai sejarah dari peninggalan para wartawan dan tokoh pers nasional.
Para pengunjung yang sekaligus dapat menikmati nuansa bangunan cagar budaya bernilai sejarah yang telah berusia lebih dari satu abad. Didirikan pada tahun 1918, bangunan yang sebelumnya bernama Societeit Mangkoenegaran ini merupakan hasil karya arsitek Jawa modern Mas Aboekasan Atmodirono, atas prakarsa Pangeran Adipati Aryo Prangwedana (KGPAA Mangkoenegara VII).
Berbagai peristiwa bersejarah telah berlangsung di gedung Societeit Mangkoenegaran, salah satunya ketika Monumen Pers Nasional menjadi saksi rapat pendirian radio pertama di Indonesia yaitu Solosche Radio Vereeniging (SRV) 1933. Pada 1946 Monumen Pers Nasional kembali menjadi tempat berlangsungnya konggres wartawan Indonesia yang menghasilkan pembentukan organisasi PWI. Pada 1977 pemerintah merenovasi gedung Societeit Mangkoenegaran yang akhirnya diresmikan sebagai Monumen Pers Nasional oleh Presiden Soeharto pada 9 Februari 1978.
Selain layanan kunjungan museum, Monumen Pers Nasional juga menyediakan layanan publik Perpustakaan dan Ruang Baca Koran Digital yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk mengakses koleksi arsip buku, majalah, dan koran nasional maupun daerah yang telah dialih media digital. Proses digitasi koran dan majalah koleksi Monumen Pers Nasional ini bertujuan untuk menjaga kondisi fisik koleksi sekaligus memudahkan pengunjung mengakses koleksi koran dan majalah melalui Ruang Baca Koran Digital. Untuk layanan Perpustakaan, pengunjung dapat mengakses katalog buku koleksi secara online melalui website Monumen Pers Nasional.
Saat ini Monumen Pers Nasional telah merampungkan dua tahap revitalisasi dalam rangka memperbarui tata ruang pamer museum sekaligus melengkapi fasilitas bagi pengunjung. Revitalisasi merupakan program Monumen Pers Nasional untuk mewujudkan museum yang edukatif dan informatif dengan dilengkapi teknologi modern. Melalui revitalisasi ruang pamer dan koleksi yang ditampilkan, pengunjung dapat semakin nyaman menikmati pengalaman berwisata sejarah dan menambah wawasan tentang perkembangan pers di Monumen Pers Nasional.