BMKG Luncurkan Tower GRK Terintegrasi untuk Dukung Net Zero Emission 2060

: Tower Pemantau Gas Rumah Kaca milik BMKG. Foto : Antara


Oleh Dian Thenniarti, Sabtu, 20 Juli 2024 | 11:23 WIB - Redaktur: Untung S - 336


Jakarta, InfoPublik - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus berupaya menekan emisi gas rumah kaca guna menahan laju perubahan iklim global. Salah satu langkah nyata adalah pembangunan tower gas rumah kaca (GRK) beserta pos pemantauan GRK di sejumlah wilayah di Indonesia.

Langkah itu merupakan bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.

"BMKG tengah mengembangkan program Global Greenhouse Gas Watch (G3W) dan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS) untuk membantu upaya menekan emisi dan serapan gas rumah kaca berdasarkan observasi dan sains terkini," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, sebagaimana dikutip InfoPublik pada Sabtu (20/7/2024).

Implementasi kedua program tersebut diwujudkan melalui pembangunan tower untuk mengamati gas rumah kaca yang hasilnya akan dilakukan perhitungan melalui model kimia atmosfer.

Peluncuran Tower 100 meter Pemantauan GRK Terintegrasi di Jambi menjadi acara puncak dari rangkaian peringatan Hari Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Hari MKG) ke-77, dan kegiatan menyambut HUT ke-79 Republik Indonesia.

Program Global Greenhouse Gas Watch (G3W) dan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS) merupakan program yang diinisiasi Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Tujuannya adalah untuk memantau dan melaporkan konsentrasi dan flux gas rumah kaca secara global, yang dapat memberikan informasi komprehensif atas siklus GRK di atmosfer dan permukaan Bumi, agar prediksi masa depan iklim di Bumi dapat dilakukan dengan lebih baik.

Menurut Dwikorita, fenomena perubahan iklim semakin mengkhawatirkan serta memicu dampak yang lebih luas. Hal itu terlihat dari berbagai peristiwa alam terkait iklim, dari suhu udara yang lebih panas, terganggunya siklus hidrologi, hingga maraknya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia. Maka dari itu, diperlukan upaya lebih dan konsisten dari seluruh negara untuk menahan laju perubahan iklim tersebut.

Dwikorita mengatakan, dalam Global Risks Perception Survey (GRPS) 2024 yang dirilis World Economic Forum, terungkap bahwa ancaman risiko yang paling dikhawatirkan responden adalah cuaca ekstrem yang berimbas pada ketidakpastian global karena akan mengganggu rantai pasok barang dan sumber daya penting, seperti makanan dan energi.

Kekhawatiran akan cuaca ekstrem ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kekhawatiran terhadap misinformasi dan disinformasi akibat artificial intelligence (AI), polarisasi sosial dan politik, krisis biaya hidup, serangan siber, pelemahan ekonomi, dan lainnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi, Ardhasena Sopaheluwakan, menuturkan bahwa Tower GRK 100 meter di Jambi adalah tower kedua dengan ketinggian 100 meter dan merupakan perluasan jaringan pengamatan Tower Tinggi 100 meter pertama di Bukit Kototabang, Sumatera Barat, yang telah diresmikan pada Maret 2023 lalu.

Hingga saat ini, BMKG telah melakukan pemantauan GRK di enam lokasi. Tiga lokasi sebagai daerah background (pengamatan udara bersih yang jauh dari pengaruh aktivitas manusia), yaitu Bukit Kototabang di Sumatera, Lore Lindu Bariri di Sulawesi, dan Sorong di Papua.

Sedangkan dua lokasi sebagai representasi pengamatan daerah urban dilakukan di BMKG Pusat di Jakarta dan Cibeureum di Bogor. Sementara itu, di Muaro Jambi difungsikan untuk pengamatan jangka panjang interaksi yang kuat antara atmosfer dan ekosistem hutan di Sumatera dan pengamatan daerah yang terdampak oleh karhutla.

Dengan peluncuran Tower 100 meter Pemantauan GRK Terintegrasi di Jambi ini, BMKG berharap dapat memberikan kontribusi signifikan dalam upaya nasional dan global untuk mengatasi perubahan iklim, mengurangi emisi GRK, serta mendukung perencanaan pembangunan nasional berkelanjutan yang rendah karbon.

"BMKG mendukung penuh visi 'Nusantara Baru untuk Indonesia Maju' dengan berkomitmen untuk terus mengembangkan infrastruktur dan teknologi pemantauan iklim dan gas rumah kaca yang canggih demi kesejahteraan bangsa," imbuhnya.

Dengan hadirnya tower itu, lanjut Ardhasena, BMKG telah meningkatkan infrastruktur pengukuran konsentrasi Gas Rumah Kaca secara nasional maupun global dan mengambil peran untuk penyediaan informasi siklus GRK secara komprehensif.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Minggu, 8 September 2024 | 06:36 WIB
Pertamina Tambah 13.600 Tabung Elpiji 3 Kg di Surakarta untuk Atasi Peningkatan Permintaan
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Minggu, 8 September 2024 | 06:40 WIB
Pertamina NRE Bangun Pabrik Bioetanol untuk Transisi Energi Nasional
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Minggu, 8 September 2024 | 06:43 WIB
Dirut Pertamina Tinjau Langsung Ketersediaan Elpiji 3 Kg di Surakarta, Pastikan Pasokan Aman
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Sabtu, 7 September 2024 | 11:35 WIB
Indonesia Kembangkan Teknologi Lokal Hadapi Ancaman Tsunami di Masa Depan
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Sabtu, 7 September 2024 | 11:34 WIB
BMKG Perpanjang Modifikasi Cuaca di IKN hingga 12 September 2024
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:50 WIB
Garuda Dukung Rangkaian Penerbangan Kenegaraan Paus Fransiskus
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 6 September 2024 | 21:50 WIB
ICAO Nyatakan Keamanan Penerbangan Indonesia di Atas Rata-Rata Dunia