Bukan karena Minum Air Galon, Psikolog Klinis Ungkap Penyebab Anak Autis

: Ilustrasi galon guna ulang atau isi ulang. Foto: Istimewa


Oleh Untung S, Rabu, 3 Juli 2024 | 21:13 WIB - Redaktur: Untung S - 157


Jakarta, InfoPublik - Penyakit autisme pada anak tidak ada kaitannya dengan air galon biru yang dikonsumsi oleh ibunya selama kehamilan. Menurut Psikolog Klinis, penyebab autisme lebih terkait dengan gangguan perkembangan saraf.

"Autisme merupakan gangguan perkembangan saraf, atau dalam istilah diagnosanya disebut gangguan neurodevelopmental. Jadi, gangguan itu terletak pada saraf atau neuro dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan air galon yang dikonsumsi ibu selama kehamilan," jelas Psikolog Klinis yang juga Lead Psikolog di Klinik Rumah Tumbuh Kembang Anak MS School & Wellbeing Center, Mutiara S.Psi, M.Psi, dalam keterangan tertulisnya Rabu (3/7/2024).

Namun, Mutiara menambahkan, baik dalam bidang psikiatri, kedokteran, maupun psikologi, belum ada penjelasan pasti mengenai penyebab autisme. Penyebabnya bervariasi, mulai dari kelainan DNA akibat mutasi gen, risiko kehamilan pada usia lanjut, hingga paparan kecemasan dan stres yang tinggi selama kehamilan. Semua faktor itu dapat memicu gangguan perkembangan janin yang berujung pada autisme.

Beberapa ciri anak yang terindikasi menderita autisme antara lain adalah tidak menangis saat lahir. "Itu salah satu ciri bahwa mungkin ada masalah perkembangan pada anak. Namun, belum tentu mengarah pada autisme. Sampai sekarang, penyebab pastinya masih belum diketahui," tuturnya.

Anak dengan autisme memiliki masalah dalam tumbuh kembangnya, yang mencakup perkembangan bahasa, fisik, motorik, gerak tubuh, dan kemampuan bersosialisasi. "Ketika ada masalah dalam aspek-aspek tersebut, kita harus cek dulu. Spektrum autisme sangat luas, ada yang berat dan ada yang ringan," jelasnya

Penanganan anak autis disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Untuk anak autis yang belum bisa duduk tenang, belum bisa bicara, dan sering tantrum, biasanya diberikan terapi sensorik. Sementara itu, untuk anak yang kesulitan mandiri, diterapkan terapi perilaku. "Jadi, treatment itu disesuaikan dengan kebutuhan atau masalah yang sedang dialami anak," tambahnya.

Mengenai makanan, Mutiara menyarankan agar anak autis menghindari makanan yang mengandung tepung dan minuman manis. Makanan dan minuman manis dapat merangsang hormon bahagia pada anak autis, yang menyebabkan mereka menjadi semakin aktif. "Sementara itu, anak autis belum bisa mengendalikan tubuhnya sendiri, sehingga hormon bahagia ini malah membuat mereka semakin aktif," ungkapnya.

Mutiara menegaskan bahwa air galon biru tidak menyebabkan autisme. "Penyebab autisme bukan air galon, melainkan adanya kelainan pada perkembangan atau pertumbuhan anak," tandasnya.

Sebelumnya, dokter spesialis anak dan Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), juga menegaskan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan bahwa air galon biru dapat menyebabkan autisme pada anak. "Tidak ada kajian tentang pengaruh air galon biru terhadap autisme pada anak. Belum ada buktinya," ujarnya.

Menurut Prof. Rini, autisme merupakan gangguan perilaku yang disebabkan oleh banyak faktor, termasuk faktor genetik. Faktor risiko lain yang teridentifikasi antara lain riwayat prematur, riwayat kejang pada masa bayi, dan infeksi pada masa lampau. "Namun yang pasti, air galon biru tidak menjadi penyebab autisme. Itu sudah pasti salah, karena belum ada satu pun penelitian yang menyebutkan bahwa autisme disebabkan oleh air galon biru," tegasnya.

 

 

 

Berita Terkait Lainnya