:
Oleh Eko Budiono, Sabtu, 4 Februari 2023 | 21:48 WIB - Redaktur: Untung S - 893
Jakarta, InfoPublik - Cap Go Meh yang juga dikenal sebagai Festival Lentera, telah lama dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Seperti dilansir laman liputan 6 dan dikutip InfoPublik, Sabtu (4/2/2023), perayaan Cap Go Meh merupakan puncak acara Imlek yang jatuh pada malam kelima belas.
Kebanyakan orang hanya mengetahui Cap Go Meh adalah perayaan yang diadakan oleh masyarakat Tionghoa pada dua minggu setelah Tahun Baru Imlek.
Cap Go Meh bukan hanya itu, karena perayaan Cap Go Meh di Indonesia juga memiliki makna yang dalam. Sejarah perayaan Cap Go Meh juga sudah dilakukan selama ratusan tahun lamanya.
Di 2023, Cap Go Meh 2023 akan dilaksanakan pada tanggal ke 15 bulan pertama tahun baru Imlek, yang artinya perayaan Cap Go Meh 2023 akan dilangsungkan pada Minggu (5/2/2023)
Saat tanggal ke 15, langit memiliki bulan purnama yang paling terang sinarnya dan cocok untuk merayakan Cap Go Meh 2023.
Namun, setelah era Dinasti Han berakhir, menjadi milik umum, dirayakan dengan banyak lampion sebagai simbol kekayaan, diiringi Barongsai (tarian barongsai) dan tarian Naga, serta petasan untuk mengusir roh jahat.
Cap Go Meh merupakan perayaan untuk menutup perayaan panjang Tahun Baru China.
Pada saat Cap Go Meh, masyarakat membawa sesajen berupa kue keranjang dan melakukan doa kue keranjang untuk mengucap syukur dan memohon keselamatan.
Orang-orang pada zaman dahulu percaya bahwa jika anak-anak tidak makan kue keranjang, matanya akan menjadi tebal. Nah, hingga saat ini masih banyak orang yang membawa sesajian bakul saat Cap Go Meh.
Setelah itu tentunya ada snack kue yang bisa dimakan langsung atau digoreng. Kue keranjang pun bisa dibagikan secara gratis kepada penduduk sekitar.
Sedangkan pada Cap Go Meh awalnya dilakukan secara tertutup di kalangan tertentu, dan belum diketahui masyarakat umum.
Festival ini diadakan pada malam hari, sehingga harus menyediakan banyak lampion dan berbagai macam lampu warna-warni. Lampu adalah tanda kesejahteraan bagi semua anggota keluarga.
Jadi, Cap Go Meh sering disebut Festival Lampion. Saat Dinasti Han berakhir, Cap Go Meh mulai dikenal masyarakat.
Saat Cap Go Meh, masyarakat bisa melihat foya-foya sambil merasakan pemandangan lampion yang telah diberi banyak hiasan.
Masyarakat juga akan menyaksikan tarian Barongsai dan Liong (naga), berkumpul untuk bermain game penuh teka-teki, dan makan onde-onde.
Sepanjang perayaan, tentunya akan dimeriahkan dengan kehadiran kembang api dan petasan.
Uniknya kata Barongsai bukan berasal dari China, melainkan berdasarkan kata 'barong' yang merupakan bahasa Jawa dan kata 'say' yang artinya singa dalam logat Hokkian.
Barongsai adalah simbol kebahagiaan, kegembiraan, dan kesejahteraan.
Sementara ainga dianggap sebagai simbol dominasi atau kekuatan, menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, keluarga akan menjadi yang terbesar jika anak mereka muncul di Tahun Naga.
Onde-onde sudah dimakan saat Cap Go Meh sering dibuat ramai oleh seluruh anggota keluarga, terutama ibu-ibu dan anak-anak.
Pada umumnya, begitulah yang dilakukan orang Tionghoa saat merayakan Cap Go Meh. Di banyak daerah, Cap Go Meh dilakukan dengan tradisi yang unik.
Contohnya, di Singkawang, Kalimantan Barat, anda bisa merayakan Cap Go Meh dengan menyaksikan parade Tatung untuk mengusir roh jahat.
Ilustrasi Perayaan Cap Go Meh di Singkawang. (Foto: ANTARA)