Kamis, 24 April 2025 21:30:18

Turunkan Angka Stunting, Kemenkes Berikan TTD pada Remaja Putri

:


Oleh Putri, Kamis, 15 Desember 2022 | 21:37 WIB - Redaktur: Untung S - 536


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah melakukan beberapa intervensi spesifik dalam menurunkan angka stunting di Indonesia, yaitu menggencarkan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri di sekolah maupun Puskesmas.

Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat menghadiri Jabar Stunting Summit 2022 yang digelar di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat pada Rabu (14/12/2022).

"Jika remaja putri anemia, maka beresiko tinggi melahirkan bayi stunting. Semua remaja putri kelas 7-9 harus diukur zat besinya, kalau HB dibawah 12 diberikan TTD untuk memenuhi zat besi dan asam folat,” ujar Menkes Budi.

Selain rutin konsumsi TTD, Menkes Budi juga menyarankan para remaja putri rutin melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin setidaknya 6 bulan atau 1 tahun sekali. Pemeriksaan bisa dilakukan secara gratis di Puskesmas.

Jika angkanya dibawah 12 kata Menkes Budi, harus minum TTD. Apabila HB sudah di atas 13, ia meminta remaja putri untuk menjaga kesehatan, juga mencukupi makannya serta rutin beraktifitas fisik.

Kemudian, intervensi pada ibu hamil dilakukan dengan mencukupi kebutuhan gizi, pemberian TTD, dan pemberian makanan tambahan.

“Ibu hamil harus melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) minimal 6 kali, tujuannya untuk mengetahui berat dan tinggi bayi apakah kekurangan atau kelebihan,” tutur Menkes Budi.

Ia pun mewanti-wanti kepada seluruh pihak agar kedua intervensi spesifik tersebut dilaksanakan secara simultan dalam kerangka mendukung upaya penurunan angka Stunting di Indonesia.

Pihaknya memandang langkah tersebut jauh lebih penting dibandingkan penanganan setelah bayi lahir, karena bila anak sudah stunting, maka penanganannya sudah terlambat dengan presentase kesembuhan yang rendah, hanya berkisar 6 persen dari angka stunting di Indonesia.

“Dua ini sangat penting, bahkan ini lebih penting daripada mengurus bayinya karena sudah telat. Jadi jaga supaya remaja jangan sampai anemia dan jaga ibu hamil jangan sampai kekurangan gizi,” terang Menkes Budi.

Kendati prioritas penanganan Stunting dilakukan sebelum dan saat kehamilan, Menkes Budi menekankan bahwa pemerintah tetap menaruh perhatian besar terhadap bayi baru lahir.

Intervensinya dengan memenuhi kebutuhan gizi terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) serta memastikan pertumbuhan tinggi dan berat bayi terus meningkat sesuai dengan usianya.

"Kalau saat ditimbang beratnya tidak naik langsung periksa ke Puskesmas, jangan tunggu sampai stunting. jadi begitu lahir harus sering diukur berat dan panjangnya, kalau bisa setiap bulan, lebih sering lebih bagus,” pesan Menkes Budi.

Sebagai daerah dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia dengan tingkat produktivitas dan fertilitas tinggi, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan  penanganan sebelum dan saat kehamilan merupakan upaya paling efektif dan efisien dalam kerangka penanganan Stunting pada anak.

"Arahan Pak Menteri jelas bahwa prioritas terpenting dalam menangani Stunting ini bukan di bayinya, prioritas pertama di ibu hamil dan calon ibu sebelum menikah, kalau ini bisa dicegah diawal, Insya Allah bayinya sehat,” kata Ridwan Kamil.

Kepala BKKBN, Harto Wardoyo, mengatakan pencegahan Stunting harus diatasi dari hulu dengan memastikan remaja putri yang akan menikah sehat secara fisik dan psikis, tidak mengalami anemia maupun masalah kesehatan lainnya.

"Yang menikah harus sehat, harus tidak anemia, harus minum TTD, maka Insyaallah bisa mencegah bayi yang akan lahir tidak Stunting,” kata Hasto.

Foto: Kemenkes