Kamis, 24 April 2025 15:48:40

Platform Kedaireka untuk Riset Perguruan Tinggi Jawab Masalah di Masyarakat

:


Oleh G. Suranto, Rabu, 16 November 2022 | 09:51 WIB - Redaktur: Untung S - 281


Jakarta, InfoPublik – Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknonogi (Dirjen Diktiristek), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nizam, menyampaikan Platform Kedaireka sebagai upaya agar  riset di Perguruan Tinggi lebih menjawab permasalahan nyata  di industri, masyarakat, dan  menjawab permasalaan nyata di  pembangunan daerah. 

Masalah stanting, kemiskinan, sosial,  demokrasi, maupun masalah-masalah yang sehari hari, seperti pangan, sandang, papan, teknologi, informasi, dan segala sesuatunya.

“Kedaireka kita luncurkan dengan tujuan untuk mendorong agar riset di perguruan tinggi itu berorientasi pada menjawab permasalahan nyata, menjawab problem-problem yang dihadapi oleh industri, mulai dari Tingkat Komponen Dalam Neger (TKDN) yang masih rendah, mulai dari bahan baku yang 100 persen impor maupun juga bagaimana kita keluar dari industri tukang jahit  menjadi industri yang  berbasiskan pada inovasi,” papar Nizam pada acara taklimat Anjangsana Beasiwa PMDSU Batch V di Jakarta, Selasa (15/11/2022) sore.

Karena tidak ada pilihan lain, bagi bangsa ini, kalau ingin keluar dari middle income trap  selain bergerak ekonomi Indonesia,  dari ekonomi berbasis pada produktivitas sumber daya manusianya, efesien driven economy, pada upah buruh yang murah, menuju pada ekonomi berbasis inovasi. 

Tidak ada satu negara maju pun yang tidak ekonominya berbasis pada inovasi, kecuali sumber daya alam sangat melimpah.  Katakanlah Saudi Arabia, yang sangat melimpah sumber bahan alamnya, atau Brunei yang kaya dengan minyak.  Negara-negara itu pun sekarang sudah beralih pada ekonomi berbasis inovasi.

"Jadi negara-negara yang tadinya mengandalkan kekayaan alam pun sudah sadar untuk kedepan tidak mungkin lagi bisa mengandalkan sumber daya alam," ujarnya.

"Kita yang dikarunia dengan bumi yang sangat subur, posisi negara yang tropis ini juga harus menjadi obsesi kita untuk mewujudkan kedaulatan teknologi, kedaulatan ilmu pengetahuan, kedaulatan ekonomi yang lebih kokoh, yang lebih solit," paparnya.

"Jadi saya berharap adik-adik sekalian dengan bekal pengetahun, dengan bekal pengalaman S3 ini, jadikanlah itu sebagai bekal untuk membangun obsesi, obsesi untuk mewujudkan kedaulatan Indonesia di dalam teknologi, di dalam ekonomi, di dalam inovasi,  melalui inovasi," terangnya.

Disebutkan, selama dua tahun ini kedaireka, sudah diikuti oleh lebih 1700 peneliti,  berkolaborasi dengan mitra industri, dan satu dua mulai ada hasilnya. Kemarin di Bali kita luncurkan juga Bus Listrik Merah Putih. Meskipun penelitian kita tentang Molena Bus Listrik Nasional, sudah dimulai  sejak 10 tahun yang lalu.  Tapi sejauh ini baru gesit yang sudah diproduksi, dan TKDN nya juga belum tinggi.

"Kita melalui Platform Kedaireka, kolaborasi  perguruan tinggi dengan INKA Alhamdulillah dalam waktu 8 bulan (dari mulai belum ada apa-apa, menggambar desain, mewujudkan desain)   sampai menjadi kendaraan Bus Lisrik Merah Putih, dilakukan hanya dalam waktu 8 bulan,  dan TKDN nya 81 persen. TKDN 81 persen bisa kita capai dengan kerja keras sungguh sungguh,  obsesif teman-teman perguruan tinggi yang bergabung dalam konsorsium untuk menyiapkan bus listrik merah putih ini," ujarnya.

Jadi dengan obsesif itu bisa terwujud. Kemarin sudah didilever itu 24 bus merah putih,  meskipun yang 20 masih TKDN  nya sekitar 60 persen, tapi yang 9 itu TKDN nya sudah 90 persen , dan sudah ada yang 81 persen. “Jadi itu, kalau kita serius, kita sungguh-sungguh obsesif tadi, kita bisa mewujudkannya,” ujarnya.

Dua minggu lalu alhamdulillah,  teman-teman UNAIR sudah berhasil mengahasilkan vaksin merah putih, inavac. Inavac ini beda dengan inovac, indovac yang tadinya dikembangkan oleh Biofarma,  Inavac ini betul-betul 100 persen karya merah putih.

“Saya mengikuti, mulai April 2020 awal-awal pandemic, teman-teman di Unair serius sekali mengisolasi/melemahkan virus COVID, sampai kemudian mengembangkan vaksin ini, dengan perjuangan luar biasa, saya ikuti dua tahun lebih, pengembangan vaksin itu, Dua minggu yang lalu mendapatkan izin penggunaan darurat. ini luar biasa sekali, 100 persen karya anak bangsa, dari nol,” ungkapnya.

“Jadi kita kalau ditantang itu bisa, dan sekarang kita banyak berbicara kalau kita melihat daya saing itu salah satu para meter yang paling banyak diukur adalah seberapa daya saing perguruan tingginya, sehingga kita banyak perguruan tinggi terobsesi untuk masuk peringkat dunia,” ujarnya.

Kalau melihat itu, senang tidak senang,  suka tidak suka  dengan pemeringkatan perguruan tinggi ini, kita semua tetap juga bangga pergurun tinggi kita naik peringkatnya, dan marah-marh ketika turun peringkatnya.  Yang utama dari peringkat itu tentu adalah produktivitas dari perguruan tinggi dalam publikasi.

“Alhamdulillah selama 7 tahun terakhir ini publikasi Indonesia di publikasi internasional itu meningkat secara eksponensial, gak terbayang bahwa dulunya publikasi Indonesia ini setiap tahun hanya sekitar 2000, saat ini mencapai 50.000 publikasi interasional,” paparnya.

Sumber Foto: InfoPublik