Kementerian Kominfo: Satelit Starlink bukan untuk Layanan Akses Internet Ritel

:


Oleh Wahyu Sudoyo, Senin, 13 Juni 2022 | 12:05 WIB - Redaktur: Untung S - 421


Jakarta, InfoPublik - PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) telah diberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non-Geostationer (NGSO) Space Exploration Technologies Corp (Starlink) oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk mendukung layanan internet di Indonesia.

Juru Bicara Kementerian Kominfo, Dedy Permadi, mengatakan, Hak Labuh Satelit tersebut hanya berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup Telkomsat.

“Hak Labuh Satelit itu bukan untuk layanan retail pelanggan akses internet secara langsung oleh Starlink,” tegas Juru Bicara Kementerian Kminfo di Jakarta pada Minggu (12/6/2022).

Lebih lanjut Dedy menjelaskan, backhaul adalah teknologi yang memfasilitasi perpindahan data dari satu infrastruktur telekomunikasi ke telekomunikasi lainnya.

Teknologi itu dapat digunakan untuk mendukung penyediaan layanan broadband internet terutama selular 4G, terutama di daerah rural yang belum tersambung secara langsung dengan kabel serat optik.

“Layanan satelit Starlink hanya dapat beroperasi jika pembangunan Gateway Station - Teresterial Component untuk menerima layanan kapasitas Satelit Starlink serta pengurusan Izin Stasiun Radio (ISR) Satelit Starlink telah dirampungkan oleh Telkomsat,” jelasnya.

Sebagai pemegang eksklusif atas Hak Labuh Satelit Starlink, lenjutnya, Telkomsat berhak mendapatkan layanan backhaul satelit. 

Tetapi, operasional pemanfaatan layanan Starlink oleh Telkomsat wajib tunduk pada regulasi yang berlaku, termasuk pemenuhan kewajiban hak labuh.

“Izin hak labuh akan dievaluasi setiap tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi dan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku,” imbuhnya.

Menurut Dedy, kerjasma penggunaan satelit starlink bisa diwujudkan karena terjadinya perkembangan yang pesat dalam hubungan perdagangan bilateral di sektor telekomunikasi dan digital antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS).

Selain penggunaan satelit starlink, kerjasama kedua negara tersebut juga mencakup rencana Indonesia untuk memiliki tiga satelit generasi terbaru yakni: 

  1. a) 150 Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) diberi nama SATRIA (Ka- Band) 
  2. b) 80 Gb Very High Throuhput Satellite (VHTS) sebagai Hot Backup Satellite (Ka-band) 
  3. c) 32 Gb High Throughput Satellite (HTS) yg di miliki Telkomsat (C & Ku- band). 

“Ketiga satelit ini di rencanakan akan menggunakan roket peluncur SpaceX - Falcon 9 dan merupakan jenis satelit yang mengorbit di Geo Stationer Orbit,” tandasnya.

Foto: Amiriyandi Infopublik