Kemendikbud akan Keluarkan Rapor Penguatan Pendidikan Karakter

:


Oleh Astra Desita, Rabu, 30 Agustus 2017 | 19:50 WIB - Redaktur: Juli - 604


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengeluarkan rapor baru untuk menilai perkembangan karakter siswa. Rapor tersebut berupa uraian penjelasan, bukan hanya angka seperti yang ada selama ini. Rapor itu dibuat oleh sekolah yang mulai menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

"Rapor karakter itu untuk menilai perkembangan sikap, minat dan bakat siswa. Sebagai instrumen baru dari implementasi program PPK. Rapor karakter juga akan dipakai sekolah saat membuka penerimaan peserta didik baru. Siswa wajib menyerahkan rapor karakter saat akan melanjutkan pendidikan ke sekolah lebih tinggi," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, saat Diskusi Media Forum Merdeka barat 9 (FMB9) di Gedung Kemenkominfo Jalan Merdeka Barat Jakarta Pusat, Rabu, (30/8).

Jadi menurutnya, rapor karakter itu ke depannya akan jadi semacam portofolio siswa. Penilaiannya kualitatif. Sekolah wajib memasukkannya ke data pokok pendidikan (Dapodik) Kemendikbud. "Sekarang memang belum diterapkan, tapi ke depannya akan diterapkan di semua sekolah. Saat siswa akan melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya, yang dinilai ada dua rapor. Rapor kuantitatif dan kualitatif,” jelas Mendikbud.

Muhadjir mengatakan, rapor karakter sebetulnya sudah diterapkan di beberapa sekolah swasta. Namun, manfaatnya belum bisa dirasakan pihak di luar sekolah. Rapor karakter yang dimasukan ke Dapodik Kemendikbud bisa diakses semua pihak, termasuk kalangan industri.

“Kalangan industri yang butuh profil seseorang, dengan keahlian apa dan karakternya seperti apa nanti bisa dilihat di rapor karakter ini dan ditelusuri di Dapodik. Saya berharap demikian. Siswa yang berprestasi di OSIS, pernah jadi pemimpin, semua tercatat,” tegasnya.

Muhadjir menambahkan, nanti bakat seseorang anak sudah terlihat saat anak tersebut masih di kelas 1 SD, dia mencontohkan bila anak tersebut sudah berbakat main sepakbola, maka anak tersebut bisa langsung dipantau oleh gurunya, sehingga anak tersebut bakatnya bisa difokuskan untuk sepakbola.

"Penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta ini banyak talentanya, tapi untuk mencari 11 pemain berbakat saja sangat susah, karena saat ini belum terasah secara benar. Ke depan Timnas Indonesia tidak perlu lagi kalah dengan Malaysia," pungkas Muhadjir