Sambut Hari Ibu 2016, Lentera Anak Gelar Polling Anti Rokok

:


Oleh H. A. Azwar, Rabu, 21 Desember 2016 | 17:58 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 2K


Jakarta, InfoPublik - Menyambut Hari Ibu 2016, Lentera Anak bekerjasama dengan Ummi Online yang merupakan website wanita dan keluarga Islam, menggelar jajak pendapat atau polling untuk mengumpulkan dukungan menyelamatkan anak-anak dan perempuan Indonesia dari dampak rokok.

Polling berlangsung selama periode 16 sampai 31 Desember 2016 dan dapat diakses di link http://bit.ly/pollingdukungan.

Ketua Lentera Anak Lisda Sundari menyatakan anak-anak adalah investasi terbesar sebuah bangsa. “Kualitas suatu bangsa sangat ditentukan kualitas generasi mudanya. Bangsa akan besar jika ditopang generasi muda yang sehat dan cerdas, sebaliknya bangsa akan runtuh bila didominasi penduduk muda yang sakit-sakitan dan bodoh. Sehingga, menjadi PR kita bersama menyelamatkan masa depan bangsa ini dengan menyiapkan generasi muda yang sehat dan berkualitas,” kata Lisda di Jakarta, Rabu (21/12).

Sayangnya, menurut Lisda, persoalan kesehatan anak belum menjadi concern semua pihak. Padahal anak-anak di Indonesia sudah berada dalam kondisi mengkhawatirkan karena mereka menjadi target pemasaran industri rokok. “Ini ditandai dengan makin tingginya jumlah perokok pemula,” ujarnya.

Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014, ada 20,3 persen remaja usia 13-15 tahun di Indonesia yang merokok. Dalam 10 tahun terakhir, perokok pemula remaja usia 10 - 14 tahun naik dua kali lipat dari 9,5 persen pada 2001 menjadi 18 persen pada 2013 (Riskesdas 2013).

Tingginya jumlah perokok pemula, diungkapkan Lisda, disebabkan longgarnya peraturan di Indonesia terkait pengendalian tembakau. “Akses anak terhadap rokok menjadi mudah karena harga rokok murah dan maraknya penjualan rokok kepada anak,” ungkapnya.

Iklan rokok, lanjut dia, juga begitu massif membidik anak-anak dan remaja dengan menampilkan gaya hidup bertema anak muda yang serba positif.

“Masih berdasarkan data GYTS, sebanyak 62,7 persen anak melihat iklan rokok di TV, video, dan film, sebanyak 60,7 persen anak-anak melihat iklan promosi rokok di toko-toko, dan ada 7,9 persen anak-anak mengaku pernah ditawari rokok oleh penjual rokok,” imbuh Lisda.

Gempuran iklan rokok bertema positif kepada anak dan remaja berpotensi melemahkan  penyuluhan tentang bahaya rokok. Padahal rokok adalah produk berbahaya karena mengandung lebih dari 4000 zat kimia, dimana 60 zat di antaranya bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Banyak anak muda tidak menyadari bahaya laten rokok, karena lamanya dampak yang dirasakan sejak mulai merokok dan akhirnya ketagihan, hingga menderita penyakit.

Dampak dari rokok baru akan dirasakan 15 tahun kemudian. Sehingga anak-anak yang merokok di usia sangat muda seperti sedang menjemput penyakitnya sendiri. Bila mereka sudah merokok di usia 10 tahun, maka di umur 25 mereka akan menderita sakit-sakitan, dan ironisnya itu terjadi di usia produktif mereka, beber Lisda.

Kebiasaan merokok pada remaja bisa berlanjut hingga mereka dewasa dan menikah, dan akan berdampak pada janin yang dikandung. Mengutip data hasil penelitian di RS Persahabatan (2013) memperlihatkan bahwa rata-rata anak yang dilahirkan oleh ibu hamil yang merokok memiliki berat badan yang lebih ringan (kurang dari 2,5 kg) dan lebih pendek (kurang dari 45 cm) dibandingkan ibu yang tidak merokok (lebih dari 3 kg) dan lebih panjang (lebih dari 50 cm). Bayi yang lahir dari ibu perokok berpotensi mengalami gangguan pernafasan sejak dini, dan bisa terus terjadi sampai kelak anak tumbuh dewasa.

Menurut Lisda, kondisi gawat darurat yang menimpa anak dan remaja akibat rokok seharusnya tidak dibiarkan. “Kita menolak jatuhnya lebih banyak korban. Kita mendukung pemerintah membuat regulasi yang bisa menyelamatkan anak-anak dan perempuan Indonesia dari dampak rokok,” beber Lisda.

Regulasi ini diantaranya melarang segala bentuk iklan, promosi dan sponsor rokok untuk melindungi anak dan remaja dari target pemasaran industri rokok, dan membatasi akses anak terhadap rokok dengan menaikkan harga rokok, kata Lisda.

Lisda berharap, untuk memberikan dukungan, masyarakat cukup mengklik http://bit.ly/pollingdukungan. “Satu suara anda sangat berarti. Mari bersama dukung pemerintah membuat regulasi yang bisa menyelamatkan anak-anak dan perempuan dari dampak rokok, untuk menjadikan Indonesia lebih sehat dan berkualitas di masa depan,” tukas Lisda.