ASI Eksklusif Berkontribusi Dalam Perkembangan Ekonomi

:


Oleh Juliyah, Sabtu, 6 Agustus 2016 | 10:53 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 291


Jakarta, InfoPublik - Pemberian air susu ibu (ASI) secara optimal akan meningkatkan pengembangan sumber daya manusia dan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dan keluarga untuk kesehatan. 

Bagi suatu negara ASI eksklusif sebagai investasi dalam pencegahan bayi berat lahir rendah, stunting, selain itu Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif berkontribusi dalam menurunkan risiko obese dan penyakit kronis.

Hal tersebut mengemuka dalam temu media Pekan ASI sedunia di Kemenkes Jakarta, Jumat (5/8), diantaranya bersama Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes Doddy Izwardy dan Pakar ASI Nasional dr Utami Roesli.

Dikemukakan Utami Roesli, di seluruh dunia ASI adalah salah satu investasi terbaik dalam kesehatan global untuk penyelamatan jiwa, kelangsungan hidup, meningkatkan derajat kesehatan, perkembangan sosial ekonomi dari individu dan bangsa. 

Di Indonesia hampir sembilan dari 10 ibu memberikan ASI, tapi hanya 42 persen yang memberi ASI eksklusif selama 0-6 bulan sesuai rekomendasi WHO dan Unicef. "Rendahnya ASI eksklusif ini menjadi beban yang harus dipikul dalam hidup dan mempengaruhi kualitas hidup dan outcome ekonomi secara nasional," katanya.

Berdasarkan suatu riset  dengan dukungan dari Alive & Thrive pada 2015 mengukur beban ekonomi dari pemberian ASI yang tidak optimum, baik terhadap individu, maupun masyarakat di tujuh negara di Asia Tenggara, Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Timor Leste dan Vietnam.

Hasil dari studi tersebut menunjukkan secara jelas bahwa investasi dalam kebijakan dan program yang mendukung para ibu untuk menyusui bayinya dengan tepat akan menyelamatkan jiwa, kelangsungan hidup dan memberikan hasil investasi yang tinggi.

Menurutnya, dengan tidak memberikan ASI eksklusif akan menambah kerentanan terhadap penyakit meningkatkan angka kematian ibu dan anak. "Ketika anak tidak disusui eksklusif untuk enam 6 bulan mereka lebih mudah terserang diare dan radang paru (pneumoni) dua penyebab utama kematian anak di dunia," ungkapnya.

Dengan dukungan untuk menyusui secara tepat hampir 50 persen dari kematian anak dibawah dua tahun yang disebabkan oleh diare dan pnemoni dapat dicegah tiap tahunnya dibandingkan dengan situasi dimana menyusui tidak dilakukan. 

Di tujuh negara tersebut lebih dari 10.700 nyawa anak dapat diselamatkan dengan mengubah praktik menyusui mengikuti panduan WHO yaitu, mulai menyusui dini ddalam satu jam pertama setelah bayi lahir (IMD), menyusui eksklusif selama enam bulan pertama dari hidup bayi, dan terus menyusui selama dua tahun atau lebih dengan makanan pendamping ASI yang tepat. "Di Indonesia sendiri lebih dari separuh kematian anak tiap tahunnya 5.376 anak dibawah dua tahun dapat dicegah," katanya.

Selain itu, biaya kesehatan untuk pengobatan diare dan pneumoni dapat dihilangkan, dengan pemberian ASI secara optimal, negara berpotensi mencegah kejadian diare dan pnemoni yang disebabkan pemberian ASI yang tidak optimal dan menghemat lebih dari 300 juta dollar AS dari biaya perawatan kesehatan tahunan di tujuh negara tersebut. Di Indonesia, biaya yang dapat dihemat mencapai hampir 270 juta dolar AS atau lebih dari 88 persen dari penghematan di Asia.

Menyusui yang tidak optimal juga berdampak pada kemampuan kognitif anak untuk belajar dan pada potensi mereka memperoleh penghasilan di masa depan. Di Asia Tenggara pendapatan yang hilang berkaitan dengan skor kognitif yang rendah diperkirakan sebesar 1.640.900.000 dolar AS. Lebih dari 80 persen kerugian upah ini terjadi di Indonesia atau hampir 1,3 milyar dolar AS pendapatan yang hilang dapat dicegah setiap tahunnya.