Hari Anak Nasional Milik Semua Anak Indonesia

:


Oleh Yudi Rahmat, Kamis, 21 Juli 2016 | 20:46 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 377


Jakarta, InfoPublik - Sekretaris Menteri Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Wahyu Hartomo mengatakan peringatan Hari Anak Nasional sepenuhnya milik anak Indonesia sehingga setiap anak memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan positif, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK).

Disamping itu, HAN juga menjadi momentum penting untuk menggugah kepedulian terhadap anak melalui pengasuhan keluarga. Demikian pula bagi ABK turut serta merayakan HAN. 

"Ajang kali ini juga bisa menjadi wadah untuk saling belajar bersama, baik antar anak yang memiliki keistimewaannya masing-masing, orang tua, guru, dan masyarakat yang ada di sekelilingnya sehingga diharapkan dapat secara bersama-sama dikembangkan sistem perlindungan anak untuk menjamin terpenuhinya hak anak di Indonesia," kata Wahyu pada Seminar “Hindarkan Kekerasan, Dengarkan Suaraku” di Anjungan Lampung, TMII, Kamis (21/7) yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan Peringatan HAN 2016.

Menurutnya, anak-anak yang datang ke acara di TMII ini telah membuktikan bahwa mereka memiliki beraneka ragam bakat sesuai dengan kemampuannya masing-masing, yang perlu terus diasah dan dikembangkan di masa yang akan datang.

Orang tua, pendidik, dan masyarakat secara bersama-sama harus menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak-anak. "Berbagai bentuk kekerasan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melakukan berbagai upaya pencegahan, baik pada diri anak itu sendiri, keluarga, masyarakat serta keterlibatan pemerintah dalam menyusun berbagai kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi anak," katanya.

Ia mengatakan, Indonesia telah berkomitmen dalam mendukung gerakan dunia untuk menciptakan “World Fit for Children” termasuk bagi ABK. Berbagai upaya perlu terus didorong untuk mewujudkan hal tersebut untuk mengoptimalkan berbagai upaya perlindungan bagi anak.

“Keluarga menjadi pilar utama dalam mengoptimalkan kemampuan anak apalagi dengan anak-anak yang telah dianugerahi keistimewaan masing-masing. Oleh karena itu, peran keluarga menjadi sangat penting dalam perkembangan anak dengan terus meningkatkan imunitas atau ketahanan di dalam keluarga itu sendiri agar anak terhindar dari berbagai bentuk kekerasan,” tambah Sesmen.

Lebih jauh Sesmen menjelaskan tindak kekerasan apabila terjadi pada ABK memiliki dampak dua atau tiga kali lipat dibandingkan apabila menimpa anak-anak biasa. Pendidikan kesehatan reproduksi juga menjadi isu yang perlu menjadi perhatian termasuk bagi ABK agar mereka juga bisa melindungi dan memahami organ reproduksinya.

Melalui seminar “Hindarkan Kekerasan, Dengarkan Suaraku” diharapkan kita sebagai orang tua, guru, masyarakat, dan pemerintah bisa memahami berbagai hak-hak bagi ABK, serta pencegahan dan penanganan kekerasan pada ABK. Tindak kekerasan terhadap ABK tidak hanya diterima dari segi “bullying”, namun juga kekerasan secara fisik, seksual, dan lainnya. Tindakan kekerasan banyak dijumpai para ABK di sekolah, lingkungan, atau organisasi tempat ABK tersebut berinteraksi, bahkan di rumah.