:
Oleh Astra Desita, Rabu, 27 April 2016 | 14:38 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 351
Jakarta, InfoPublik - Praktisi pendidikan Indra Charismiadji menilai mayoritas anak didik di Tanah Air saat ini masih dalam tahap menghafal, level terendah dari kategori cerdas.
Menurut Indra, mencerdaskan bangsa memiliki level dari menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisa, mengevaluasi dan mencipta atau inovasi.
"Kita masih dalam tahap menghafal. Ini karena sistem belajar mengajar, yang tak berubah meski Indonesia telah merdeka selama 70 tahun. Dari dulu guru selalu di depan kelas dan anak-anak duduk di kursi mendengarkan, lalu menghafal. Barangkali yang berubah di dalam kelas hanyalan proyektor atau ruangan ber AC," tutur Indra di Jakarta, Rabu (27/4).
Parahnya lagi, kata dia, kualitas kompetensi guru sangat rendah. Berdasarkan hasil uji kompetensi guru (UKG) 2015, mayoritas guru mendapatkan nilai kurang (56).
Agar bisa berkembang, tutur Indra, seluruh stakeholder pendidikan harus berpikir demi kemajuan anak didik dengan menciptakan sistem belajar yang mampu mengajarkan anak berpikir, kemampuan memecahkan masalah, serta semangat berkompetisi.
"Memasuki pendidikan abad 21, anak didik harus diajarkan cara berpikir secara komputerisasi, artinya mereka menjadi anak yang mampu memecahkan masalah. Dan ingat, pola berpikir ini tidak ada hubungannya dengan komputer, ini hanya istilah," tuturnya.
Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengungkapkan, ada tiga keterampilan yang dibutuhkan siswa di abad 21 ini. Yaitu kualitas karakter, literasi dasar dan kompetensi.
"Ini yang mulai kami ubah dalam sistem pembelajaran sejak tahun ini lewat penyempurnaan kurikulum 2013. Selain itu para pengajar juga kami berikan berbagai pelatihan agar bisa memberikan pendidikan maksimal kepada siswa," pungkasnya.