:
Oleh Juliyah, Senin, 7 Maret 2016 | 01:28 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 217
Meski begitu monitoring ketat kondisi pasca banjir pun terus dilakukan hingga 27 Maret 2016 mendatang.
"Sebagai langkah cepat dan kewaspadaan dini terhadap penyakit akibat banjir, tim Kementerian Kesehatan melakukan Rapid Health Assesment (RHA), sejauh ini dilaporkan tidak ada fasilitas kesehatan yang rusak dan pelayanan tetap berjalan normal," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemkes Oscar Primadi dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta.
Tim RHA terdiri dari Pusat Krisis Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan tim Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya.
RHA bertujuan memetakan masyarakat terdampak, penyakit yang muncul akibat banjir, kebutuhan sanitasi masyarakat terdampak, kebutuhan logistik masyarakat terdampak dan kebutuhan obat-obatan.
Pada 2013 banjir serupa pernah mengakibatkan penyakit Leptospirosis. Belajar dari kejadian serupa, Tim Kesehatan fokus terhadap kewaspadaan leptospirosis, diare dan difteri serta perbaikan kondisi lingkungan pasca banjir.
Selain mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit musim banjir, Kemenkes minta masyarakat di Kabupaten Sampang waspada terhadap gigitan ular berbisa di daerah pemukiman.
Koordinasi dilakukan antara tim kesehatan dari pusat dengan dinas kesehatan setempat dan tim dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Air Langga menetapkan beberapa hal diantaranya jumlah obat-obat cukup perlu melakukan surveilans ketat terhadap potensi penyakit pasca banjir (khususnya leptospirosis).
Kemudian menyiagakan bantuan untuk pemulihan kondisi lingkungan berupa 60 kg PAC, 80 kg kaporit, 1000 lembar polibag sampah, larvasida 50 kg, 120 kit hygiene dan 240 liter lisol.