:
Oleh H. A. Azwar, Jumat, 29 Januari 2016 | 10:12 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 463
Jakarta, InfoPublik - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menengarai adanya perkembangan yang sangat pesat pada situs-situs dengan muatan radikalisme dan ekstrimisme.
Lukman mengatakan, mengutip penelitian Gabriel Weimann, pada tahun 1998, hanya ada 12 situs radikal atau yang berafiliasi dengan ekstrimisme dan terorisme. Sementara pada tahun 2003, situs kelompok teroris melonjak jumlahnya sampai 2.650.
Data terakhir pada 2014, terdapat lebih dari 9.800 situs yang dikelola kelompok teroris, kata Lukman saat menjadi pembicara pada Pelantikan Pengurus Lembaga Kemahasiswaan tingkat Universitas Masa Bhakti 2016 dan Seminar ‘Deradikalisasi di Media Sosial’ di Auditorium Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat, Banten, Kamis (28/1).
Ia berharap agar generasi muda selektif dalam mengakses informasi dari dunia maya. Lukman bahkan menegaskan agar generasi muda tidak hanya terpaku pada informasi yang tersaji di internet dalam mempelajari agama, tetapi harus belajar dari ahlinya.
Saya berharap, generasi muda dalam mempelajari agama, tidak hanya terpaku dan mengandalkan internet. Belajarlah agama kepada para pakar, para ustadz dan para ulama yang telah teruji dan mampu memahi esensi dan substansi agama, pesan Lukman.
Menurutnya, esensi agama adalah memanusiakan manusia dan mensejahterakan masyarakat. Inti agama adalah perdamaian dan kasih sayang. Karenanya, generasi muda tidak boleh mudah terjebak misalnya pada pemaknaan jihad yang tereduksi pada perang.
Jihad, bukan hanya bermakna perang. Terlebih, saat ini, kita berada pada wilayah damai. Negara kita, adalah negara yang sangat plural dan heterogen. Mari kita jaga bersama negeri ini. Tidak tepat jika saat ini, di Indonesia, jihad hanya dimaknai perang, papar Lukman.
Jihad tidak kalah hebatnya adalah berjuang bersama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan, meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi umat, dan hal positif lainnya, tukas Lukman.
Sementara Rektor UIN Jakarta, Dede Rosyada menyatakan, UIN Jakarta tidak pernah mengajarkan radikalisme. “Kami akan menekankan pada pengajaran agama yang mampu menganalisis dan mengkaji secara munasabah. Agar ke depan, output yang kami hasilkan mampu memahami serasional mungkin untuk Islam dan Indonesia yang lebih baik,” kata Dede yang mantan Direktur Diktis Kemenag tersebut.