:
Oleh Eko Budiono, Kamis, 27 Oktober 2022 | 08:42 WIB - Redaktur: Untung S - 526
Jakarta, InfoPublik - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), menyosialisasikan penyelenggaraan pemilu 2024 kepada pemilih pemula di lingkungan kampus Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) melalui program "KPU Goes To Campus".
Hal tersebut disampaikan Anggota KPU Sulawesi Barat (Sulbar), Adi Arwan Alimin, melalui keterangan tertulisnya, Rabu (26/10/2022).
Adi mengatakan, selain melakukan sosialisasi kepada pemilih pemula program tersebut juga untuk mengajak komunitas kampus termasuk mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman pemilu dan mengawal isu demokrasi.
"Diharapkan civitas akademika dapat meningkatkan kesadaran pemilu, khususnya mahasiswa sebagai pemilih pemula karena peran mahasiswa sebagai generasi muda akan menentukan suksesnya pemilu yang sehat cerdas dan demokratis," katanya.
Adi menuturkan, jumlah mahasiswa sangat besar sehingga suaranya dalam pemilu sebagai pemilih, sangat menentukan kualitas pemilu agar dapat berlangsung demokratis.
"Peran mahasiswa di pemilu 2024, juga sangat diharapkan dapat menjadi agen demokrasi, dalam memerangi hoaks dan meningkatkan pemilih cerdas di pemilu," katanya.
Menurut Adi, mahasiswa memiliki pemahaman media sosial yang jauh lebih bagus, selain itu banyak mahasiswa pengguna media sosial, sehingga mahasiswa akan menggunakan hak politiknya dengan cerdas, dan akan melahirkan pemimpin yang semakin berkualitas.
Adi menyampaikan, KPU Sulbar dan Unsulbar telah melaksanakan perjanjian kerjasama dalam rangka melaksanakan pendidikan politik bagi pemilih serta memberikan pendidikan politik bagi ratusan mahasiswa Unsulbar.
Sementara itu, Wakil Rektor II Unsulbar, Anwar Sulili, mengatakan mahasiswa Unsulbar akan membantu menyukseskan program Pemilu yang dilaksanakan KPU Sulbar dengan membangun informasi berkualitas.
Anwar meminta agar bahaya dari politik uang bagi demokrasi harus terus disosialisasikan kepada mahasiswa untuk mewujudkan pemilu tanpa politik uang, jujur dan demokratis.
"Mesti dilahirkan pemimpin yang berkualitas. Dengan demikian pemilu harus bebas dari politik uang dan politik yang bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) agar lahir pemimpin berkualitas yang memiliki harkat dan martabat," katanya.