- Oleh Dian Thenniarti
- Jumat, 22 November 2024 | 07:08 WIB
: Menteri PKP Maruarar Sirait dan Menko PMK Pratikno saat menghadiri Rakor penanganan erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kantor Kemenko PMK Jakarta, Rabu (20/11/2024)/Foto : Humas Kementerian PKP/Ristyan Mega Putra
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Kamis, 21 November 2024 | 21:14 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 112
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) segera berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah untuk mempercepat pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebanyak 2.700 unit Huntap akan dibangun dalam waktu sekitar 5,5 bulan.
Menteri PKP, Maruarar Sirait, mengungkapkan bahwa proses pembangunan Huntap membutuhkan waktu karena adanya beberapa tahapan penting yang harus diselesaikan terlebih dahulu, seperti perizinan, mobilisasi bahan bangunan, dan pengamanan lokasi.
“Kami akan membangun 2.700 unit rumah bagi warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT. Butuh waktu sekitar 5,5 bulan untuk menyelesaikannya karena harus menunggu proses perizinan, mobilisasi bahan bangunan, dan memastikan keamanan di lokasi,” ujar Maruarar usai mengikuti rapat koordinasi (Rakor) penanganan erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Jakarta, Rabu (20/11/2024).
Dalam keterangan pers yang diterima InfoPublik pada Kamis (21/11/2024), Maruarar menegaskan bahwa pembangunan Huntap akan menggunakan bahan baku tahan gempa yang telah tersedia di kawasan sekitar Gunung Lewotobi.
Ia juga berharap pembangunan ini melibatkan semangat gotong royong, dengan melibatkan masyarakat setempat dan UMKM guna menciptakan lapangan pekerjaan.
“Saat ini bahan baku pembuatan rumah sudah tersedia di kawasan sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki. Kami harap proses pembangunan dilakukan dengan gotong royong, melibatkan masyarakat sekitar, dan UMKM,” tambahnya.
Sementara itu, Menko PMK, Pratikno, menjelaskan bahwa aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki masih berlangsung, tetapi tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Data terbaru menunjukkan bahwa radius zona bahaya sudah berkurang, dan jumlah pengungsi juga mengalami penurunan.
“Jumlah pengungsi terpusat saat ini sekitar 5.117 jiwa, sementara lebih banyak pengungsi mandiri yang bergabung dengan sanak keluarga, dengan jumlah mencapai lebih dari 6.417 jiwa,” ungkap Pratikno.
Dengan berkurangnya jumlah pengungsi dan ketersediaan bahan baku di lokasi, diharapkan pembangunan Huntap dapat segera dilakukan untuk memastikan warga terdampak bencana mendapatkan hunian yang aman dan layak.