- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Kamis, 21 November 2024 | 14:30 WIB
: Warga berjalan menjauh dari erupsi dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/11/2024) ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/tom
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Rabu, 20 November 2024 | 20:10 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 58
Jakarta, InfoPublik – Teknologi satelit dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) memainkan peran strategis dalam menganalisis dampak letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores.
Melalui kolaborasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama organisasi internasional seperti UNESCAP dan Disaster Charter, Indonesia berhasil memanfaatkan data satelit untuk mengidentifikasi wilayah terdampak sekaligus menentukan lokasi aman.
Direktur Eksekutif Indonesian Space Agency (INASA) BRIN, Erna Sri Adiningsih, dalam workshop bertajuk “Memperkuat Ketahanan Bencana di Kawasan Asia-Pasifik: Manajemen Risiko Terpadu melalui Data Geospasial dan Pemetaan Daerah Rawan Bencana untuk Peningkatan Kesiapsiagaan” di Kantor BRIN, Jakarta, Rabu (20/11/2024), menekankan pentingnya penggunaan teknologi modern untuk mitigasi bencana.
"Data satelit yang kami analisis dengan dukungan AI tidak hanya membantu mengidentifikasi wilayah terdampak, tetapi juga menentukan potensi lokasi aman jika bencana berlanjut," ujar Erna kepada InfoPublik.
Erna menjelaskan, data yang dihasilkan digunakan oleh BNPB untuk mendukung pengambilan keputusan cepat di lapangan. “Quick response dalam penanganan bencana sangat bergantung pada data satelit yang akurat dan terkini,” tambahnya.
Kolaborasi dengan organisasi internasional ini, lanjut Erna, membuka peluang besar untuk memperkuat sistem mitigasi bencana nasional. “Kita tidak hanya mengandalkan sistem nasional tetapi juga memanfaatkan dukungan global,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito, menyoroti peran AI dalam pengolahan data besar (big data). “AI memungkinkan integrasi data dari berbagai sumber, menghasilkan simulasi dan prediksi yang lebih akurat untuk mendukung kesiapsiagaan bencana,” kata Mego.
Pemanfaatan AI dalam analisis bencana dinilai mampu mengurangi asumsi dan meningkatkan akurasi prediksi, sehingga respons terhadap bencana dapat dilakukan secara efektif dan tepat waktu. Meski demikian, Erna mengakui bahwa kecepatan pembaruan data masih menjadi tantangan yang harus diatasi. “Kami terus mengembangkan prototipe pemanfaatan data satelit untuk berbagai kebutuhan kementerian, tetapi kecepatan akses data perlu ditingkatkan,” ungkapnya.
Dengan sinergi teknologi canggih dan kolaborasi internasional yang terus diperkuat, BRIN optimistis dapat meningkatkan kapasitas mitigasi bencana Indonesia. Penggunaan teknologi satelit dan AI diharapkan mampu memberikan analisis cepat dan akurat, melindungi masyarakat, serta memperkuat ketahanan nasional di tengah tantangan bencana alam yang semakin kompleks.