OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Tetap Terjaga di Tengah Risiko Geopolitik

: Foto: Tangkapan Layar Kanal Youtube OJK TV/Ismadi Amrin


Oleh Isma, Jumat, 1 November 2024 | 19:43 WIB - Redaktur: Untung S - 208


Jakarta, InfoPublik – Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Oktober 2024 menyatakan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga meskipun di tengah meningkatnya risiko geopolitik dan melemahnya aktivitas perekonomian global.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam konferensi pers terkait Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK hasil RDKB Oktober 2024 di Jakarta, pada Jumat (1/11/2024).

Mahendra menambahkan bahwa perlambatan pertumbuhan di beberapa negara utama serta ketidakpastian geopolitik menjadi tantangan utama bagi perekonomian global saat ini. Perekonomian Amerika Serikat menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari ekspektasi awal, didorong oleh soliditas pasar tenaga kerja dan membaiknya permintaan domestik. Di Eropa, aktivitas perekonomian juga mulai menunjukkan perbaikan, tercermin dari meningkatnya penjualan ritel, meskipun sektor manufaktur masih mengalami tekanan.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal ketiga 2024 masih menunjukkan perlambatan, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Hal ini mendorong pemerintah dan bank sentral Tiongkok untuk terus mengeluarkan stimulus guna mendukung sektor riil dan kembali melonggarkan kebijakan moneter.

Ia menjelaskan bahwa meningkatnya risiko geopolitik global turut menjadi tantangan bagi prospek perekonomian ke depan, terutama terkait eskalasi konflik di Timur Tengah dan dinamika politik di AS menjelang pemilihan presiden pada November 2024. Instabilitas yang terjadi di Timur Tengah menyebabkan harga komoditas safe haven, seperti emas, mengalami kenaikan.

Mahendra mengungkapkan bahwa perkembangan tersebut menyebabkan premi risiko meningkat dan kenaikan yield secara global, yang berdampak pada aliran modal keluar (outflow) dari negara-negara emerging markets, termasuk Indonesia. Akibatnya, pasar keuangan di negara-negara emerging markets mayoritas mengalami pelemahan.

"Kinerja perekonomian secara umum masih terjaga stabil di tengah lemahnya kondisi perekonomian global. Inflasi inti terjaga, dan neraca perdagangan masih mencatat surplus sejak Juli 2024. Namun, perlu dicermati bahwa Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur masih berada di zona kontraksi, dan pemulihan daya beli berlangsung relatif lambat," pungkas Mahendra.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Senin, 2 Desember 2024 | 15:37 WIB
Pemerintah Intensifkan Pengendalian Inflasi Melalui GPM dan SPHP Mobile
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Senin, 2 Desember 2024 | 13:30 WIB
Ketua DEN Luhut Peringatkan Risiko Ekonomi Global di Era Kedua Trump
  • Oleh MC PROV ACEH
  • Senin, 2 Desember 2024 | 07:28 WIB
OJK Akhirnya Cabut Izin Usaha BPRS Perseroda Kota Juang Bireuen
  • Oleh MC KAB BALANGAN
  • Kamis, 28 November 2024 | 17:46 WIB
Warga Banua Hanyar Serbu Pasar Murah, Sembako Ludes Terjual
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 28 November 2024 | 13:24 WIB
Kementerian PANRB dan Lemhannas Bahas Kolaborasi Peningkatan Kompetensi ASN
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 28 November 2024 | 06:30 WIB
Industri Halal Indonesia Menjadi Pemain Utama di Ekonomi Syariah Global
  • Oleh Fatkhurrohim
  • Selasa, 26 November 2024 | 23:32 WIB
Kemhan dan OJK Sepakat Perkuat Ketahanan Nasional melalui Stabilitas Keuangan
  • Oleh Eko Budiono
  • Rabu, 20 November 2024 | 09:45 WIB
Bawaslu Usulkan Kenaikan Uang Kehormatan Panwascam untuk Pilkada 2024