- Oleh Dian Thenniarti
- Senin, 9 Desember 2024 | 21:52 WIB
: Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional, Mego Pinandito/Foto : Farizzy InfoPublik
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Senin, 28 Oktober 2024 | 12:35 WIB - Redaktur: Untung S - 367
Jakarta, InfoPublik — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkomitmen memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional melalui diplomasi ilmiah. Hal itu disampaikan oleh Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito, dalam acara bertajuk “Peningkatan Peran dan Kontribusi Hasil-hasil Riset BRIN dalam Penguatan Strategi Diplomasi Saintifik Indonesia” yang digelar di Auditorium Gedung B.J Habibie, Kantor BRIN, Jakarta, Senin (28/10/2024).
Mego menggarisbawahi pentingnya dukungan terhadap isu-isu global di berbagai sidang internasional, seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, ketenaganukliran, dan antariksa. Untuk memperkuat diplomasi ilmiah Indonesia, BRIN berperan dalam menyusun data serta analisis ilmiah guna memperkuat posisi delegasi Indonesia dalam negosiasi global.
“Diplomasi ilmiah membutuhkan kemampuan komunikasi yang kuat, mengingat riset BRIN sering kali bersifat langsung atau straight-to-the-point. Untuk itu, kami mengundang Kementerian Luar Negeri (Kemlu) untuk berbagi pengetahuan tentang negosiasi dan diplomasi di level internasional,” ujar Mego kepada InfoPublik.
Mego menambahkan bahwa BRIN kini memimpin riset di sektor antariksa dan ketenaganukliran, yang sebelumnya dikelola oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Ia menekankan pentingnya sinergi dengan kementerian lainnya, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang menangani perubahan iklim, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang berfokus pada masalah sampah laut (marine debris).
“Riset ilmiah bersifat multi-sektor dan membutuhkan dukungan data dari berbagai kementerian. BRIN bertanggung jawab mendukung delegasi Indonesia dalam merumuskan posisi dan usulan dalam sidang-sidang internasional,” jelasnya.
Indonesia dikenal kaya akan budaya, sosial, dan fenomena alam yang unik. Dengan potensi alam seperti wilayah ring of fire dan biodiversitas yang tinggi, Mego menegaskan bahwa Indonesia memiliki keunggulan dalam mitigasi bencana, penemuan spesies baru, dan manajemen konflik. “Indonesia telah membuktikan keberhasilan dalam mitigasi bencana seperti tsunami dan tanah longsor. Pengetahuan ini dikembangkan bersama negara lain, dan kita berupaya terus memperkuat kerja sama riset internasional untuk saling berbagi manfaat,” ujarnya.
Dalam hal ketahanan pangan, Mego menyatakan bahwa Indonesia dapat menjadi contoh di forum internasional, seperti Food and Agriculture Organization (FAO), dengan mengelola ketahanan pangan melalui sumber daya lokal seperti beras, jagung, dan singkong.
Sebagai langkah strategis, BRIN mengajak seluruh bidang risetnya berdiskusi dengan Kemlu untuk memperkuat diplomasi ilmiah. Mego berharap pendekatan multilateral ini akan membantu tim BRIN dalam memperkuat diplomasi Indonesia di tingkat internasional. “Dengan memahami kepentingan negara lain serta belajar cara bernegosiasi dan melobi, kita dapat memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional,” pungkasnya.
Acara itu juga menghadirkan sejumlah narasumber, seperti Duta Besar Indonesia untuk Tunisia periode 2017-2021 Ikrar Nusa Bhakti, Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa Kemlu, Spica Alphanya Tutuhatunewa, serta Direktur Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Joannes Ekaprasetya Tandjung. Acara itu digelar untuk memperkuat kontribusi berbasis riset BRIN dalam mendukung kebijakan luar negeri Indonesia.