- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Jumat, 22 November 2024 | 19:16 WIB
: Ilustrasi Bahan Pangan Pokok untuk masyarakat/Foto : Humas Bapanas
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Kamis, 17 Oktober 2024 | 11:28 WIB - Redaktur: Untung S - 255
Jakarta, InfoPublik – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menekankan pentingnya pemenuhan hak atas pangan sebagai upaya untuk memastikan setiap individu di Indonesia dapat hidup sehat, aktif, dan berkelanjutan. Pernyataan itu disampaikan sejalan dengan tema Hari Pangan Sedunia 2024 yang diusung oleh The Food and Agriculture Organization (FAO), yakni "Right to Foods, For a Better Life and a Better Future."
"Pemenuhan hak atas pangan adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dilindungi oleh negara. Ini mencakup ketersediaan, aksesibilitas, keberlanjutan, dan pemerataan distribusi pangan. Masyarakat harus mendapatkan pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman, untuk mendukung kehidupan yang lebih sehat dan produktif secara berkelanjutan," ujar Arief dalam keterangan pers, Rabu (17/10/2024).
Arief juga menyoroti berbagai tantangan ketahanan pangan yang dihadapi Indonesia, seperti perubahan iklim, kekeringan ekstrem, ketergantungan pada satu jenis pangan, serta gangguan rantai pasok global. Menurutnya, Indonesia dengan kekayaan sumber pangan lokal harus mengurangi ketergantungan pada beras dan mengoptimalkan potensi pangan lain seperti jagung, sagu, umbi-umbian, dan sorgum.
"Kita harus memperkuat ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan lokal. Pemerintah di bawah kepemimpinan Pak Prabowo Subianto konsisten mendorong upaya swasembada pangan," tegas Arief.
Sebagai bagian dari langkah memperkuat ketahanan pangan, Bapanas bekerja sama dengan berbagai kementerian dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengintensifkan upaya penganekaragaman pangan berbasis lokal. Beberapa program juga telah diluncurkan untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas pangan di seluruh Indonesia.
Salah satu program penting adalah Bantuan Pangan (Banpang), yang menyediakan 10 kilogram beras untuk 22 juta Kelompok Penerima Manfaat (KPM) di seluruh Indonesia. Selain itu, bantuan pangan berupa daging dan telur ayam diberikan kepada 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) di tujuh provinsi untuk mendukung penurunan angka stunting.
Untuk memastikan distribusi pangan yang merata, NFA bekerja sama dengan pemerintah daerah dan BUMN pangan mengadakan Gerakan Pangan Murah (GPM) secara serentak di 120 titik, termasuk 22 provinsi dan 97 kabupaten/kota, selama peringatan Hari Pangan Sedunia. Sepanjang Oktober 2024, GPM ditargetkan mencapai 541 titik di seluruh Indonesia.
Arief juga menyebutkan bahwa indikator ketahanan pangan Indonesia menunjukkan tren positif. Pada tahun 2024, prevalensi stunting nasional turun sebesar 9,3 persen, dari 30,8 persen menjadi 21,5 persen. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) 2024 juga menunjukkan penurunan jumlah kabupaten/kota yang rentan terhadap rawan pangan, dari 74 menjadi 62 wilayah.
Indikator lain seperti Skor Pola Pangan Harapan (PPH), yang mengukur kualitas konsumsi pangan, juga meningkat dari 92,9 menjadi 94,1, menunjukkan bahwa konsumsi pangan masyarakat semakin beragam dan bergizi. Selain itu, inflasi pangan menurun dari 8 persen pada pertengahan 2022 menjadi 1,72 persen pada pertengahan 2024. Penurunan ini berkontribusi pada penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,68 juta orang antara Maret 2023 dan Maret 2024.
Dengan berbagai upaya ini, pemerintah optimis dapat memperkuat ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, sekaligus mewujudkan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.