- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Selasa, 19 November 2024 | 17:00 WIB
: Menteri Perdagangan RI, Zulkifli Hasan/ foto: Humas Kemendag
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Selasa, 10 September 2024 | 18:29 WIB - Redaktur: Untung S - 319
Jakarta, InfoPublik – Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) memulai penyelidikan tindakan pengamanan perdagangan (safeguard measures) atas lonjakan impor Polietilena Linear Kepadatan Rendah (Linear Low Density Polyethylene/LLDPE) dalam bentuk selain cair atau pasta. Penyelidikan ini dilakukan untuk melindungi industri dalam negeri dari ancaman kerugian akibat peningkatan jumlah impor produk tersebut.
Berdasarkan siaran pers dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang diterima pada Selasa (10/9/2024), KPPI memulai penyelidikan itu pada Senin (9/9/2024). Produk yang diselidiki mengandung monomer alfa-olefin lima persen atau kurang dalam bentuk selain cair atau pasta, dan memiliki kode Harmonized System (HS) 3901.10.92 sesuai Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2022.
Permohonan penyelidikan itu diajukan secara resmi oleh Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (INAPLAS) pada Senin, 12 Agustus 2024, mewakili industri dalam negeri, yaitu PT Chandra Asri Pacific Tbk dan PT Lotte Chemical Titan Nusantara.
Ketua KPPI, Franciska Simanjuntak, menjelaskan bahwa berdasarkan bukti awal dari permohonan tersebut, KPPI menemukan indikasi adanya kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang dialami oleh pemohon. Hal ini terlihat dari beberapa indikator kinerja industri dalam negeri yang mengalami penurunan selama periode 2021 hingga 2023.
"Kerugian serius atau ancaman kerugian serius tersebut termasuk penurunan produksi, penjualan domestik, produktivitas, kapasitas terpakai, kerugian finansial, serta pangsa pasar industri dalam negeri di pasar domestik," ujar Franciska.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), dalam tiga tahun terakhir (2021 hingga 2023), terjadi peningkatan impor LLDPE dalam bentuk selain cair atau pasta dengan tren sebesar 13,54 persen. Pada 2023, impor produk ini tercatat sebesar 280.385 ton, meningkat 33,27 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 210.382 ton. Sebaliknya, pada 2022, impor produk ini turun 3,27 persen dibandingkan dengan 2021 yang tercatat sebesar 217.494 ton.
Pada 2023, impor LLDPE utama dalam bentuk selain cair atau pasta berasal dari negara-negara seperti Malaysia dengan pangsa impor sebesar 43,43 persen, diikuti Thailand (37,52 persen), Arab Saudi (8,36 persen), dan Amerika Serikat (2,97 persen). Selain dari negara-negara tersebut, pangsa impor dari negara berkembang lainnya masih di bawah 3 persen dari total impor pada tahun yang sama.
"KPPI mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk mendaftar sebagai pihak yang berkepentingan selambat-lambatnya 15 hari sejak tanggal pengumuman ini dan disampaikan secara tertulis," tambah Franciska.