Bapanas Dorong Kemandirian Pangan Lokal Melalui Pengolahan Sagu

: Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas Andriko Noto Susanto saat melakukan kunjungan ke pabrik pengolahan sagu PT Galih Sagu Pangan di Tangerang, Banten pada Rabu (10/7/2024)/ Foto : Humas Bapanas


Oleh Farizzy Adhy Rachman, Jumat, 12 Juli 2024 | 13:36 WIB - Redaktur: Untung S - 328


Jakarta, InfoPublik – Dalam upaya mewujudkan kemandirian pangan berbasis sumber daya lokal, Badan Pangan Nasional (Bapanas) terus dorong industri pangan untuk mengangkat potensi pangan lokal, salah satunya sagu. 

Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas Andriko Noto Susanto menegaskan bahwa sudah saatnya pangan lokal diangkat dan dijadikan bagian integral dari ketahanan pangan nasional sesuai amanat Undang-Undang Pangan No. 18 Tahun 2012.

Hal itu disampaikan saat melakukan kunjungan ke pabrik pengolahan sagu PT Galih Sagu Pangan di Tangerang, Banten pada Rabu (10/7/2024).

"Kita memiliki banyak potensi pangan lokal seperti sagu yang belum dioptimalkan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Pangan, sudah waktunya kita memanfaatkan sumber daya ini untuk mendukung kemandirian pangan nasional," ujar Andriko dalam keterangan yang diterima InfoPublik pada Jumat (12/7/2024).

PT Galih Sagu Pangan sendiri sudah memproduksi beras sagu dari 2018. Orientasi dari Industri Kecil Menengah (IKM) ini adalah menjadikan beras sagu sebagai alternatif ketahanan pangan lokal masyarakat di seluruh Nusantara maupun Mancanegara. Ada berbagai jenis produk yang dihasilkan dari olahan sagu seperti snack dan mie sagu, serta produk unggulannya yaitu beras sagu. 

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi sagu nasional pada 2022 mencapai 367.132 ton, dengan Riau sebagai provinsi penghasil terbesar yang menyumbang 274.807 ton. Produksi sagu ini menunjukkan potensi besar alternatif pangan selain beras, dimulai dari mengembalikan kebiasaan konsumsi sagu sebagai makanan pokok seperti di wilayah Papua, Maluku, atau wilayah timur lainnya.

"Menurut data, selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia mengalami pergeseran pola konsumsi yang semakin seragam. Hal ini memiliki risiko jika terjadi kerentanan pangan sehingga perlu diantisipasi. Diversifikasi pangan sangat penting untuk mewujudkan kemandirian pangan berbasis sumber daya lokal. Sudah saatnya kita mengangkat pangan lokal seperti sagu yang memiliki potensi besar," ujar Deputi Bapanas.

Andriko mengacu menyatakan bahwa diversifikasi pangan merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis pangan seperti beras. 

"Menurut data, selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia mengalami pergeseran pola konsumsi yang semakin beragam. Hal ini memiliki risiko jika terjadi kerentanan pangan sehingga perlu diantisipasi. Diversifikasi pangan sangat penting untuk mewujudkan kemandirian pangan berbasis sumber daya lokal. Sudah saatnya kita mengangkat pangan lokal seperti sagu yang memiliki potensi besar," ujar Deputi Bapanas.

Bapanas berkomitmen untuk menjadikan pangan lokal sebagai bagian dari Cadangan Pangan Pemerintah (CCP) maupun Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) selain beras, sesuai dengan potensi masing-masing daerah. 

"Dengan sinergi antara stakeholder pangan, baik dari pemerintah, swasta, dan masyarakat, kita dapat mengoptimalkan potensi lokal setiap daerah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional," tambah Andriko.

Melalui upaya ini, Bapanas berharap dapat menciptakan kemandirian pangan yang berkelanjutan dan memperkuat ketahanan pangan nasional dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya lokal Indonesia.

Sebelumnya dalam keterangan terpisah, Kepala Bapanas Arief Prasetyo adi mengatakan pentingnya diversifikasi pangan khususnya pangan lokal selain menjaga ketahanan pangan, juga untuk mementingkan kesehatan masyarakat. Bapanas sendiri terus berkomitmen mengembangkan pengembangan pangan lokal dalam upaya meningkatkan perekonomian dalam negeri.

"Diversifikasi pangan tidak hanya penting untuk ketahanan pangan, tetapi juga untuk kesehatan masyarakat. Pangan lokal seperti sagu, jagung, dan umbi-umbian memiliki nilai gizi yang tinggi dan bisa menjadi alternatif yang sehat, Pengembangan pangan lokal seperti sagu tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan tetapi juga memperkuat perekonomian daerah. Badan Pangan Nasional berkomitmen untuk terus mendorong penggunaan pangan lokal dalam program-program ketahanan pangan nasional," tegas Arief.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 20 September 2024 | 23:53 WIB
PON XXI Aceh-Sumut 2024 Resmi Ditutup, Prestasi Atlet Indonesia Terus Berkembang
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 13 September 2024 | 07:30 WIB
Harhubnas 2024: Ditjen Hubdat Pecahkan Rekor MURI untuk Donor Darah Terbanyak
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Jumat, 13 September 2024 | 07:27 WIB
Tingkatkan Kualitas Layanan Kesehatan, Dinkes Halmahera Barat Gelar Kick Off ILP
  • Oleh MC KOTA PONTIANAK
  • Rabu, 11 September 2024 | 22:34 WIB
Pemkot Pontianak Dukung Kolaborasi Baznas dan UPZ Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis