BPS: Nilai Tukar Petani Alami Kenaikan 0,14 Persen

:


Oleh Baheramsyah, Jumat, 2 Juni 2017 | 15:49 WIB - Redaktur: Elvira Inda Sari - 618


Jakarta, InfoPublik – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Mei 2017 secara nasional mengalami kenaikan sebesar 100,15 atau naik 0,14 persen dibanding bulan sebelumnya.

Kenaikan NTP ini terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,73 persen lebih besar dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,59 persen. "Mei ini NTP nya 100,15  ada kenaikan 0,14 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Jumat  (2/6).

Suhariyanto menjelaskan kenaikan NTP pada Mei 2017 dipengaruhi oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman pangan yakni sebesar 0,85 persen dengan komoditas yang mempengaruhi adalah harga gabah dan palawija khususnya komoditas jagung dan ketela.

Selain dipengaruhi oleh subsektor tanaman pangan, NTP Mei juga dipengaruhi oleh subsektor hortikultural sebesar 0,12 persen, peternakan sebesar 0,03 persen, dan subsektor perikanan 0,1 persen.

Suhariyanto menambahkan, pada Mei 2017, NTP Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan tertinggi sebesar 1,05 persen dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan terbesar 1,91 persen dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya.

Sementara pada perdesaan di Indonesia terjadi inflasi sebesar 0,74 persen pada Mei 2017. Hal tersebut disebabkan oleh naiknya enam dari tujuh kelompok penyusun indeks konsumsi rumah tangga.

“Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional Mei 2017 sebesar 109,15 atau naik 0,49 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya,” tuturnya.

Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP diempat sektor yaitu seubsektor pangan sebesar 1,29 persen, subsektor hortikultural 0,55 persen, subsektor peternakan 0,26 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,29 persen. Sementara subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,39 persen.

"Jadi bisa dilihat NTUP di seluruh subsektor mengalami kenaikan kecuali untuk perkebunan karena ada penurunan harga di beberapa komoditas tadi seperti karet kakao dan kelapa sawit," ujarnya.