Alasan Mengapa Indonesia Belum Miliki Bank Pertanian

:


Oleh Baheramsyah, Senin, 24 April 2017 | 11:59 WIB - Redaktur: Elvira - 905


Jakarta, InfoPublik – Belum adanya sumber pendanaan yang sesuai adalah alasan mengapa hingga saat ini belum dibentuknya perbankan khusus pertanian di Indonesia.

“Belum ada pendanaan untuk dana yang beresiko dan berbunga rendah,” ujar Kepala Departemen Pengembangan UKM Bank Indonesia (BI), Yunita Resmi Sari dalam acara Kongres Ekonomi Umat 2017, di Jakarta, Minggu (23/4).

Yunita menambahkan, pembentukan lembaga pertanian itu memiliki banyak risiko. Salah satunya adalah karena adanya ketidakpastian.

“Bank pertanian ini harus ada skema khususnya karena ada pola risiko yang berbeda dengan perbankan lainnya, karena ada ketidakpastian seperti alam dan sebagainya,” ujar Yunita Resmi Sari.

Dipaparkannya, skema bank pertanian berbeda dengan bank konvensional. Bank konvensional mengandalkan dana pihak ketiga (DPK) untuk likuiditasnya. Sedangkan, bank pertanian menggunakan dana sendiri untuk memenuhi likuiditasnya.

"(Bank Pertanian) harus ada dana sendiri. Tidak tergantung dari DPK, agar bisa memenuhi prinsip kehati-hatian sebagai perbankan," jelas Yunita.

Menurutnya, negara-negara yang sudah menerapkan bank pertanian seperti Australia, Thailand, China, dan Rusia. Sejumah negara tersebut untuk bank pertaniannya tidak mengandalkan pada dana pihak ketiga (DPK) sebagai sumber likuiditasnya.

“Skema bank yang ada sekarang itu sumber dananya dari DPK masyarakat. Kalau dana dari masyarakat itu harus kembali ke masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Jadi harus ada dana sendiri, tidak tergantung dari DPK agar bisa memenuhi ketentuan yang prudent sebagai perbankan,” ujar Yunita.

Sebelumnya Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman Hadad mengatakan bahwa perbankan bisa membiayai sektor ini.

"Soal pembiayaan pertanian, sebetulnya infrastruktur yang ada saat ini sudah memungkinan. Bank bisa untuk mendorong ini, seperti bank BRI, potensinya masih cukup besar untuk membiayai sektor ini," kata dia.

Namun, dia mengungkapkan, sejauh ini pihaknya terus mendorong industri keuangan selain bank untuk dapat berperan dalam pembiayaan sektor pertanian. Ia menambahkan seperti pemanfaatan di pasar modal agar lebih membiayai sektor pertanian.

"Intinya saya ingin mengkombinasikan antara infrastruktur yang ada dan buka opsi pemanfaatan sumber-sumber pembiayaan untuk jangka panjang. Terutama sumber dana baru di luar industri perbankan nasional," pungkasnya.